Selamat Datang !!!

Selamat datang di Blogku, Semoga bermanfaat, Tolong tinggalkan komentar....!

Rabu, 26 Mei 2010

Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Melahirkan seorang bayi merupakan suatu anugerah bagi sebuah keluarga. Karena itu menunjukkan bahwa mereka dapat mendapatkan keturunan yang sangat diharapkan dalam sebuah keluarga dan yang mereka harapkan adalah melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor melahirkan bayi yang sehat adalah dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh pada ibu hamil untuk menjaga kehamilannya tersebut. Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin berjalan pesat dan tidak mengalami hambatan, dimulai dari sel telur yang dibuahi hingga menjadi janin didalam rahim. Karena tidak semua ibu hamil memperhatikan kebutuhan gizi yang diperlukan saat hamil karena kurangnya pengetahuan mereka tentang hal tersebut. Sehingga menyebabkan banyaknya angka kematian ibu hamil pada saat persalinan.
Dimulai dari konsepsi hingga melahirkan, ibu dan anak merupakan satu kesatuan yang erat dan tak terpisahkan. Kesehatan ibu, fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungannya. Agar bayi yang sehat dapat dilahirkan dalam dengan selamat, satu-satunya jalan yang dapat ditempuh hanyalah melalui pemeliharaan kesehatan ibu. Pengalaman dari beberapa generasi menunjukkan bahwa kerawanan dan ketergantungan janin pada ibu mengarah pada adanya kebutuhan dan perawatan khusus selama kehamilan.
Sejalan dengan kemajuan zaman, hasil kehamilan yang diharapkan tidak hanya bayi yang sekedar hidup, tetapi juga bayi yang sehat. Hal ini merupakan bukti peninggalan tanggung jawab sosial dan moral masyarakat. Bahwa gizi yang baik sangat berperan dalam proses yang efisien. Yang dapat dibuktikan dari hasil pengamatan waktu musibah, dalam keadaan demikian tidak datangnya haid pada wanita usia subur tidak jarang dijumpai. Dampak lain yang juga dapat di catat adalah meningkatnya angka lahir mati, angka kematian lahir dini, serta menurunnya berat lahir rata-rata (Aebi, H & R. G. Whitehead, 1980).
Kematian yang terjadi pada tahun pertama setelah kelahiran hidup disebut kematian bayi. Kematian bayi dan anak sampai umur lima tahun relatif sangat tinggi. Hal ini erat hubunganya dengan kemampuan orang tua dalam memberikan pemeliharaan dan perawatan pada anak-anaknya. Karena faktor sosial ekonomi berkaitan dengan kemampuan tersebut, maka kematian bayi dan anak sering kali digunakan sebagai indikator taraf kesehatan dan taraf sosio ekonomi penduduk (United Nation, 1973). Pengetahuan mereka mengenai makanan yang bergizi hanya berpatokan pada karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin saja. Sedangkan seperti zat besi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh pada saat persalinan jarang mereka perhatikan. Sehingga berdampak pada banyaknya kurang darah pada saat hamil dan berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkannya.
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi turun, sakit kepala, mudah terserang penyakit, mata berkunang-kunang. Selain itu wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku penderita sangat pucat (Soetjiningsih, 1997). Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak nafas bahkan lemah jantung.
Selain kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan gizi kurang yang menyebabkan ibu hamil menderita anemia, juga disebabkan oleh status sosial ekonomi keluarga yang minim. Dimana seorang ibu hamil sangat membutuhkan suatu asupan gizi yang sangat banyak. Tetapi dengan keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan, maka ibu tersebut kurang mendapatkan gizi yang seharusnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan janin, atau bisa juga mengakibatkan kematian pada ibu tersebut pada saat persalinan. Setyowati (2003) menyatakan bahwa berbagai gangguan akan dialami wanita hamil dan janinnya, jika Si ibu menderita anemia. Pengaruh kurang baik ini berlangsung selama kehamilan, saat persalinan atau selama memasuki masa nifas dan masa laktasi serta waktu selanjutnya.
Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebab kematian ibu hamil di karenakan adanya pendarahan pada saat persalinan. Ariawan (2001) menuturkan bahwa anemia gizi pada kehamilan adalah kondisi ketika kadar hemoglobin lebih rendah dari pada normal karena kekurangan satu atau lebih nutrisi esensial.
Perbaikan gizi dan kesehatan pada ibu-ibu penderita sudah banyak dilakukan di Negara maju. Hal ini dapat terlihat dalam bertambahnya tinggi badan (TB) dan berat badan (BB) ibu hamil. Dibandingkan dengan di Negara berkembang, yang mana perbaikan gizi dan kesehatan yang dilakukan masih minim sekali, keadaan tersebut dapat mempengaruhi berat lahir yang berbeda secara bermakna.

PENILAIAN ,PREVALENSI DAN AKIBAT ANEMIA DIFISIENSI ZAT BESI

Anemia dapat didiagnosis dengan pasti kalau kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal , berdasarkan kelompok umur/jenis kelamin.Jika anemia disebabkan oleh defisiensi zat bezi , kadar hemoglobin dapat ditingkatkan dengan cara meninggikan masukan zat bezi yang midah diserap. bagaimanapun juga , banyak orang yang tampaknya mempunyai hemoglobin normal juga menunjukkan respons terhadap pemberian zat bezi, disertai dengan peningkatan kadar hemoglobin ; hal yang menggambarkan bahwa sebenarnya mereka menderita defisiensi zat bezi. Karena itu penilaian frekuensi anemia defisiensi zat bezi pada suatu masyarakat dengan cara mengukur kadar hemoglobin, cenderung mengurangi prevalensi sebenarnya.
Distribusi nilai normal hemoglobin diseluruh dunia secara umum hampir sama, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, kehamilan dan ketinggian dari permukaan laut.,
Ber54dasarkan informasi dari berbagai sumber, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan , serta batas anjuran yang direkomendasikan oleh WHO Scientifiec group, diperkirakan 30% dari 5 milyar penduduk dunua menderita anemia.
Anak-anak dan wanita hamil paling banyak terkena, dengan perkiraan prevalensi global masing- masing 43% dan 51%.prevalensi anemia diantara anak usia sekolah adalah 37%, wanita tidak hamil 35% dan laki- laki dewasa 18%.Sedikit sekali data anemia pada remaja dan orang tua, sehingga tidak mungkin dilakukan perkiraan ytang tepat untuk kedua golongan ini.Namun, angka prevalensi remaja hampir sama dengan wanita dewasa dan angka prevalensi orang tua sedikit lebih tinggi dari lelaki dewasa.
Anemia divisiensi zat bezi jauh lebih lajim terjadi di negara yang sedang berkembang dari pada negara industri.prevalensi yang paling tinggi tedapat di afrika dan asia selatan. Kecuali laki- laki dewasa , perkiraan prevalensi pada semua kelompok di kedua tempat itu lebih dari 40%, dan sampai 65% pada wanita hamil di asia selatan .prevalensi di amerika latin lebih rendah berkisar dari 13% pada laki- laki dewasa hingga 30% pada wanita hamil . di asia timur, prevalensi berkisar dari kira- kira 11% pada laki- laki dewasa sampai 22% pada anak usia sekolah.
Anemia bisa disebabkan bukan hanya oleh defisiensi zat besi (atau lebih jarang lagi, zat- zat gizi lain) tetapi juga oleh kondisi-kondisi lain . penyakit malaria , cacing tambang dan infeksi- infeksi lain berperan penting di daerah – daerah yang beriklim tropis.
Penyakit – penyakit hemolitik kongenital seperti anemia sl sabit dan talasemia juga dijumpai pada masyarakat tertentu, terutama di afrika, asia dan beberapa pulau di pasific, meskipun tidak dijadikan sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama.di beberapa negara asia seperti birma , republik demokrat rakyat laos, Thailand dan republik Vietnam, tingginya prevalensi talasemia sebaiknya di perhitungkan dalam mempertimbangkan program pemberian suplemen zat besi.
Jika semua faktor ini dimasukkan dalam pertimbangan, diperkirakan 700-800 juta penduduk dunia menderita anemia defisiensi zat besi. Bagaimanapun juga, ini hanyalah perkiraan yang sangat konserfativ , gambaran sebenarnya mungkin lebih tinggi lagi. Demikian pula, karwena anemia defesiansi zat besi merupakan stadium akhir dari suatu proses deteriorasi pada tingkat hemoglobin yang relatif jarang , lebih banyak lagi orang- orang menderita defisiensi zat besi dengan akibat- akibat yang merugikan kesehatan dan kemampuan fisik dari pada anemia itu sendiri. Banyak sekali akibat- akibat defisiensi zat besi. Akibat defisiensi itu adalah:
Bayi dan anak( 6-9):
Gangguan perkembangan motorik dan kordinasi
Gangguan perkembangan bahasa dan kemajuan belajar
Pengaruh pada psikologis dan perilaku
Penurunanaktifitas fisik
Orang dewasa pria dan wanita(10,11):
Penurunan kerja fisik dan daya pendapatan
Penurunan daya tahan terhadap keletihan
Wanita hamil(12-15)
Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu
Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin
Peningkatan resiko berat badan lahir rendah

Kuncinya adalah , bahwa hemoglobin mempunyai peran mengangkut oksigen kejaringan, sehingga kemampuan bekerja dan prestasi fisik orang- orang yang kadar hemoglobinnya menurun akan berkurang. Dasar biokimiawi gangguan perkembangan dan perubahan perilaku masih belum jelas, tapi mungkin berhubungan dengan perubahan- perubahan fungsional tertentu di tingkat sel; misalnya perubahan enzim- enzim tertentu yang mengandung zat besi.

Senin, 24 Mei 2010

TENTANG PAP SMEAR

Pap Smear merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang bersifat prekanker pada daerah leher rahim. Pemeriksaan Pap Smear haruslah rutin dan teratur agar dapat terdeteksi secara dini perubahan-perubahan tersebut. Dokter akan mengumumkan kepada pasiennya untuk selalu aktif melakukan Pap Smear setahun sekali sampai berumur 35 tahun dan untuk selanjutnya boleh 6 bulan sekali. Tetapi saat ini masih banyak ibu-ibu yang kurang berminat dalam mengikuti pemeriksaan Pap Smear, hal ini disebabkan karena masih banyak ibu-ibu yang kurang mengetahui tentang fungsi dari pemeriksaan ini, juga karena sosial ekonomi ibu-ibu yang masih relatif rendah. Pengaruh budaya dan adat ketimuran di Indonesia telah membentuk sikap dan persepsi yang jadi penghalang bagi perempuan untuk membuka diri kepada profesional medis dan berdaya diri melindungi kesehatan reproduksinya. Akibatnya, lebih dari 70 persen penderita kanker serviks datang untuk berobat ketika keadaan kesehatannya telah kritis, dan penyakit ditemukan dalam stadium lanjut hingga sulit diobati

Selasa, 11 Mei 2010

personal hygiene lansia

PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA


No Jenis Personal Hygiene Tindakan Personal Hygiene Pemenuhan Kriteria
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Kebersihan mulut dan gigi 1. Bila ada karang gigi sebaiknya segera ke puskesmas,
2. Sikat gigi secara teratur 2x dalam sehari (pagi & malam) tmasuk bagian gusi dan lidah,
3. Gigi palsu dibersihkan dan disikat waktu tidur dilepas & drrendam dalam air bersih
4. Yang tidak punya gigi sama sekali juga lupa setiap habis makan kumur2 dan sikat bagian gusi dan lidah
2 Kebersihan kepala, rambut & kuku 1. Cuci rambut teratur 2x/minggu, hilangkan debu dan kotoran di rambut
2. Potong kuku 1 minggu sekali
3 Kebersihan badan & pakaian 1. Mandi & ganti pakaian 2x/hari, gunakan air hangat jika perlu
4 Kebersihan mata 1. Bersihkan jika ada kotoran dengan kapas basah dan bersih
5 Kebersihan hidung 1. Gunakan kapas lidi dan jangan gunakan barang tajam
6 Kebersihan hidung 1. Bersihkan jika ada kotoran, cara yg baik ; hembuskan udara dari lubang hidung perlahan-lahan juga masukan air dan benda kecil

Keterangan :
1. Terpenuhi
2. Jika kurang dari 50 % kebutuhan personal hygiene tidak dilakukan
3. Tidak terpenuhi
Jika lebih dari 50 % kebutuhan personal hygiene dilakukan

Konsep Kecemasan untuk perawat

2.1 Konsep Kecemasan
2.1.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah respon emosional terhadap kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. (Stuart, 2006). Menurut Nevid (2005) Anxietas / kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Kecemasan merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala shomatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf outonomik (SSA). Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. (Kaplan & sadock, 2007)
Kecemasan merupakan suatu perasaan kuatir yang samar-samar, sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu tersebut. Menurut peneliti kecemasan adalah semacam kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas
2.1.2 Teori Kecemasan
Menurut Sullivan & Coplan (2000) kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai sesuatu sebagai suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku. Stres dapat berbentuk psikologis, social atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:
2.1.2.1 Teori Biologi
Beberapa individu yang mengalami episode sikap bermusuhan, iritabilitas, perilaku sosial, dan perasaan mendadak bahwa segala sesuatu tidak nyata, dapat menunjukkan gangguan panik atipikal. Mereka mengalami abnormalitas elektroensefalografik pada lobis temporal yang biasanya berespons terhadap karbamazepin (suatu antikunvulsan) atau obat-obatan lain dalam kategori ini.
2.1.2.2 Teori genetik
Kecemasan dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan kecemasan memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami kecemasan. Insiden gangguan panik mencapai 25% pada kerabat tingkat pertama, dengan wanita beresiko dua kali lipat lebih besar daripada pria.
2.1.2.3 Teori neurokimia
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter asam amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan kecemasan. GABA, suatu neurotransmiterinhibitor, berfungsi sebagai agens kecemasan tubuh dengan mengurangi eskitabilitas sel sehingga mengurangi frekuensi bangkitan neuron. GABA tersedia pada sepertiga sinap saraf,terutama sinaps di sistem limbik dan lokus sereleus, tempat neurotrasmiter noerepinefrin meningkatkan kecemasan, diperkirakan bahwa maalah pengaturan neurotransmiter ini menimbulkan kecemasan. Benzodiazepin, suatu kelas obat-obatan ansitolik, terikat pada tempat reseptor yang sama seperti GABA. Benzodiazepin membantu reseptor pascasinaps untuk lebih reseptif terhadap efek GABA, yang lebih lanjut mengurangi kecemasan. Ansiolitik mengurangi kecemasan prabedah dan mengendalikan reaksi kecemasan akut, tetapi agens ini harus digunakan dengan bijaksana karena bersifat adiktif.
2.1.2.4 Teori Psikodinamik
Menurut Freud (1936) memandang kecemasan alamiah seseorang sebagai stimulus untuk perilaku. Ia menjelaskan mekanisme pertahanan sebagai upaya manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap kecemasan. Individu yang mengalami kecemasan diyakini menggunakan secara berlebihan salah satu atau pola tertentu dari beberapa mekanisme pertahanan, yang menempatkan individu tersebut pada salah satu tahap perkembangan psikoseksual freud.
2.1.2.5 Teori interpersonal
Harry stack Sullivan (1952) berpendapat bahwa kecemasan timbul dari masalah-masalah dalam hubungan interpersonal. Cara mengomunikasikan kecemasan dari individu yang satu kepada yang lain disebut empati. Pada individu dewasa,kecemasan muncul dari kebutuhan individu tersebut untuk menyesuaikan diri dengan norma nilai kelompok budayanya. Semakin tinggi tingkat kecemasan, semakin rendah kemampuan untuk mengomunikasikan dan menyelesaikan masalah dan semakin besar pula kesempatan untuk terjadi gangguan kecemasan.
Hildegard Peplau (1952) memahami manusia berada dalam aspek interpersonal dan fisiologis. Oleh karena itu,perawat dapat dengan lebih baik membantu klien untuk sehat dengan memperhatikan kedua are tersebut. Ia mengembangkan intervensi keperawatan dan tehnik komunikasi interpersonal yang didasarkan pada pandangan interpersonal Sullivan tentang kecemasan ketika memahami dan memandu individu menggunakan energi yang timbul dan ansietas untuk belajar dan berubah.
2.1.2.6 Teori perilaku
Ahli teori perilaku memandang kecemasan sebagai sesuatu yang dipelajari melalui pengalaman individu. Sebaliknya, perilaku dapat diubah atau “dibuang” melalui pengalaman baru. Ahli teori perilaku percaya bahwa individu dapat memodifikasi perilaku malapdatif tanpa memahami penyebab perilaku tersebut. Mereka menyatakan bahwa perilaku yang mengganggu, yang berkembang dan mengganggu kehidupan individu dapat ditiadakan atau dibuang melalui pengalaman berulang yang dipandu oleh seorang ahli terlatih.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Nevid (2005) banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan diantaranya adalah :
2.1.3.1 Faktor-Faktor Kognitif
Fokus dari perspektif kognitif adalah pada peran dari cara berpikir yang distorsi dan disfungsional yang mungkin memegang peran pada pengembangan gangguan-gangguan kecemasan. beberapa gaya berpikir yang dikaitkan dengan gangguan-gangguan kecemasan adalah:
2.1.3.1.1 Prediksi berlebihan terhadap rasa takut
Orang dengan gangguan kecemasan sering kali memprediksi secara berlebihan tentang seberapa besar ketakutan atau kecemasan yang akan mereka alami dalam situasi-situasi pembangkitan - kecemasan, orang dengan fobia ular misalnya, mungkin berharap akan gemetar ketika berhadapan dengan seekor ular
2.1.3.1.2 Keyakinan yang Self-Defeating atau rasional
Pikiran-pikiran Self-Defeating dapat meningkatkan dan mengekalkan gangguan-gangguan kecemasan dan fobia. Bila berhadapan dengan stimuli pembangkitan kecemasan, orang mungkin berfikir, ”Saya harus keluar dari sini,” atau”Jantung saya akan meloncat keluar dari dada saya”.pikiran-pikiran semacam ini mengintensifikasi keterangsangan otomotorik: menunggu rencana, memperbesar aversivitas stimuli, mendorong tingkah laku menghindar, dan menurunnya harapan untuk Self-Efficacy sehubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengembalikan situasi.
2.1.3.1.3 Sensitivitas berlebihan terhadap ancaman
Suatu sensitivitas berlebihan terhadap sinyal ancaman adalah ciri utama dari gangguan-gangguan kecemasan. Orang-orang dengan fobia memersepsikan bahaya pada situasi-situasi yang oleh kebanyakan orang dianggap aman,seperti menaiki elevator atau mengendarai mobil melalui jembatan. Kita semua mempunyai sistem alarm internal yang sensitif terhadap sinyal ancaman. Sistem ini secara ovulasi mempunyai keuntungan untuk manusia karena meningkatkan kemungkinan terhadap hidup dalam lingkungan yang sarat akan hostilitas.
2.1.3.1.4 Sensitivitas kecemasan
Sensitivitas kecemasan (anxiety sensitivity) biasanya didefinisikan sebagai ketakutan terhadap kecemasan dan simtom-simtom yang terkait dengan kecemasan. Orang dengan taraf sensitivitas yang tinggi terhadap kecemasan mempunyai ketakutan terhadap ketakutan itu sendiri. Mereka takut terhadap emosi-emosi mereka atau takut bahwa keterangsangan tubuh yang diasosiasikan dengan keadaan tersebut akan menjadi tidak terkendali, mengakibatkan konsekuensi yang merugikan, seperti menderita serangan jantung,mereka mungkin mudah sekali menjadi panik bila mereka mengalami tanda-tanda kebutuhan dari kecemasan,seperti jantung berdebar, nafas pendek, karena mereka menganggap simtom-simtom ini sebagai akan datangnya malapetaka.
Sensitivitas terhadap kecemasan merupakan faktor resiko yang penting bagi gangguan panik
2.1.3.1.5 Salah mengatribusikan sinyal-sinyal tubuh
Para teoretikus kognitif menunjukkan peran dari salah interpretasi yang membawa bencana, seperti peran palpitasi jantung,pusing tujuh keliling,kepala enteng dalam eskalasi dari simtom-simtom panik menjadi serangan panik yang parah. Epinefrina mengintensifikasi sensasi fisik dengan terjadinya peningkatan denyut jantung, nafas cepat, dan berkeringat. Perubahan-perubahan pada sensasi tubuh ini diinterpretasikan secara salah sebagai tanda-tanda dari akan terjadinya serangan panik atau lebih buruk lagi sebagai tanda akan terjadinya bencana(“Ya Tuhan,saya mendapat serangan jantung!”). salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh lebih lanjut dapat memperkuat persepsi akan adanya ancaman,yang kemudian meningkatkan kecemasan, dan lebih lanjut lagi menyebabkan simtom-simtom tubuh yang terkait dengan kecemasan, dan seterusnya dalam suatu lingkaran setan yang dengan cepat akan membubung menjadi serangan panik yang sepenuhnya
2.1.3.1.6 Kecemasan dan Self-Efficacy yang rendah
Kehilangan kepercayaan dalam kemampuan sendiri untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Ide yang ingin diungkapkan dihambat oleh kecemasan,yang mengganggu kemampuannya untuk berpikir dan berbicara dengan jelas. Kecemasan ini dipertahankan dengan persepsi yang salah tentang dirinya sebagai tidak mampu untuk mengatakan hal yang benar bila diminta untuk berpendapat dalam kelas atau bila berjumpa dengan orang-orang baru
2.1.3.2 Faktor-faktor Biologis
Bukti-bukti makin bertambah mengenai pentingnya faktor-faktor biologis pada gangguan-gangguan kecemasan faktor-faktor seperti hereditas dan ketidakseimbangan biokimia di otak. faktor biologis diantaranya adalah:
2.1.3.2.1 Faktor-faktor genetis
Faktor-faktor genetis dampak mempunyai peran penting dalam perkembangan gangguan-gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesis-kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia. Peneliti juga mengaitkan suatu gen dengan neurotisisme, suatu trait kepribadian yang mungkin mendasari kemudahan untuk berkembangnya gangguan-gangguan kecemasan. Trait neurotitisme mempunyai ciri kecemasan, suatu perasaan bahwa suatu yang buruk akan terjadi,dan kecenderungan untuk menghindari stimulus pembangkit ketakutan. Para peneliti memperkirakan bahwa separuh variabilitas dari masyarakat dalam populasi umum yang mempunyai trait mendasar ini berasal dari faktor-faktor ganetis, dan faktor lingkungan menjelaskan yang separuhnya lagi.
2.1.3.2.2 Neorotransmiter
Sejumlah neurotransmitter berpengaruh pada reaksi kecemasan,termasuk gamma aminobutyrc (GAMA). GAMA adalah neurotransmitter yang inhibitori, yang berarti meredakan aktivitas berlebih dari sistem saraf dan membantu untuk meredam respon-respon stres. bila aksi GABA tidak adekuat, neuro-neuro dapat berfungsi berlebihan,kemungkinan menyebabkan kejang-kejang. Dalam kasus-kasus yang kurang dramatis, aksi GABA yang kurang adekuat dapat meningkatkan kecemasan. ketidakteraturan dalam reseptor serotonin dan norepinephrine di otak juga memegang peran dalam gangguan-gangguan kecemasan.
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Rasa Cemas.
2.1.4.1 Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal dapat mempengaruhi cara berpikir. Hal ini bisa saja disebabkan pengalaman dengan orang lain. Sehingga wajar bila kecemasan timbul jika merasa tidak aman terhadap lingkungan.


2.1.4.2 Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan dalam hubungan personal. Ini benar terutama jika menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu lama.
2.1.4.3 Sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Perubahan fisik berdampak pada perubahan perasaan dan dapat menimbulkan kecemasan.
2.1.4.4 Keturunan
Gangguan emosi ada yang ditemukan dalam keluarga- keluarga tertentu, tapi ini bukan merupakan penyebab penting dari kecemasan.
2.1.5 Faktor Predisposisi Kecemasan
Menurut Stuar (2006) faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi kecemasan dapat dibagi menjadi beberapa pandangan diantaranya :
2.1.5.1 Pandangan psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian-id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi dua tuntutan dari elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengikatkan ego bahwa ada bahaya.
2.1.5.2 Pandangan interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.
2.1.5.3 Pandangan prilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Pakar prilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
2.1.5.4 Kajian keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan kecemasan dengan depresi.
2.1.5.5 Kajian biologis
Menunjukan bahwa otak mengandung rreseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki bab nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor.
2.1.6 Tingkat kecemasan
Sedangkan menurut Stuart (2006) kecemasan dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan diantaranya adalah :
2.1.6.1 Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam hidup sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2.1.6.2 Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
2.1.6.3 Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua prilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
2.1.6.4 Kecemasan tingkat panik.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali,orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan,dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respons Maladatif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Gambar 2.1. Rentangan respons kecemasan
2.1.7 Stresor Pencetus
Stuart (2006) membagi stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori:
1. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi, distabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas,harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi dalam individu.
2.1.8 Respon Fisiologi Terhadap Kecemasan
Menurut Stuart (2006) respons fisiologi terhadap kecemasan dapat dipetakan sebagai berikut :
2.1.8.1 Kardiovaskuler
Respons fisiologi terhadap sistem kardiovaskular antara lain; palpitasi, jantung “berdebar”, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
2.1.8.2 Pernafasan
Respons fisiologi terhadap sistem pernafasan antara lain; nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.
2.1.8.3 Neuromuskuler
Respons fisiologi terhadap sistem neuromuskuler antara lain; reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum, tumgkai lemah, gerakan yang dangkal.
2.1.8.4 Gastrointestinal
Respons fisiologi terhadap sistem gastrointestinal antara lain; kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.

2.1.8.5 Saluran perkemihan
Respons fisiologi terhadap saluran perkemihan antara lain; tidak dapat menahan kencing, sering berkemih
2.1.8.6 Kulit
Respons fisiologi terhadap pada kulit antara lain; wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
2.1.9 Respon Perilaku, Kognitif Dan Afektif Terhadap Kecemasan
1.1.9.1 Perilaku
Respons perilaku akibat dari kecemasan antara lain; gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, sangat waspada
1.1.9.2 Kognitif
Respons kognitif akibat dari kecemasan antara lain; perhatian terganggu konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.


1.1.9.3 Afektif
Respons afektif akibat dari kecemasan antara lain; mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, malu.
2.1.10 Alat ukur kecemasan (Hamilton Rating Scale for Anxiety/HRS-A)
Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian score antara 0-4, yang arinya adalah:
Nilai 0 = tidak ada gejala
1= gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali
Penilaian derajat kecemasan
Skor < 6 = tidak ada kecemasan
6-14 = kecemasan ringan
15-27 = kecemasan sedang
> 27 = kecemasan berat
Untuk menentukan tingkat kecemasan dipakai skor HARS (Hamilton Anciete Rating Scale) yang telah dianggap baku :
2.1.10.1 Perasaan cemas
 Firasat buruk
 Takut akan pikiran sendiri
 Mudah tersinggung
2.1.10.2 Ketegangan
 Merasa tegang
 Lesu
 Mudah terkejut
 Tidak dapat istirahat dengang nyenyak
 Mudah menangis
 Gemetar
 Gelisah
2.1.10.3 Ketakutan
 Pada gelap
 Ditinggal sendiri
 Pada orang asing
 Pada binatang besar
 Takut keramaian lalu lintas
 Takut kerumunan orang lain
2.1.10.4 Gangguan tidur
 Sukar memulai tidur
 Terbangun malam hari
 Tidur pulas
 Mimpi buruk
 Mimpi yang menakutkan
2.1.10.5 Gangguan kecerdasan
 Daya ingat buruk
 Sukit berkonsentrasi
 Sering bingung
2.1.10.6 Perasaan depresi
 Kehilangan minat
 Sedih
 Bangun dini hari
 Berkurangnya kesukaan pada hobi
 Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
2.1.10.7 Gejala somatik (otot-otot)
 Nyeri otot
 Kaku
 Kedutan otot
 Gigi gemeretak
 Suara tak stabil
2.1.10.8 Gejala sensorik
 Telinga berdengung
 Penglihatan kabur
 Muka merah dan pucat
 Merasa lemas
 Perasaan ditusuk-tusuk

2.1.10.9 Gerakan kardiovaskular
 Denyut nadi cepat
 Berdebar-debar
 Nyeri dada
 Denyut nadi mengeras
 Rasa lemah pingin pingsan
 Detak jantung hilang sekejap
2.1.10.10 Gejala Pernafasan
 Rasa tertekan di dada
 Perasaan tercekik
 Merasa nafas pendek/sesak
 Sering menarik nafas panjang
2.1.10.11 Gangguan gastrointestinal
 Sulit menelan
 Mual muntah
 Berat badan menurun
 Konstipasi/sulit buang air besar
 Perut melilit
 Gangguan pencernaan
 Nyeri lambung sebelum/sesudah makan
 Rasa panas di perut
 Perut terasa penuh/kembung

2.1.10.12 Gangguan urogenital
 Sering kencing
 Tidak dapat menahan kencing
 Amenor/menstruasi yang tidak teratur
 Frigiditas
2.1.10.13 Gejala vegetative/otonom
 Mulut kering
 Muka kering
 Mudah Berkeringat
 Pusing/sakit kepala
 Bulu roma berdiri
2.1.10.14 Tingkah laku (sikap) pada wawancara
 Gelisah
 Tidak tenang
 Mengerutkan dahi muka tegang
 Napas pendek dan cepat
 Muka merah
(Nursalam, 2008)

Jumat, 07 Mei 2010

KONSEP DASAR PENGETAHUAN

1. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan (knowledge) adalah kebiasaan, keahlian/kepakaran, keterampilan, pemahaman, atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar (Pratomo, 2005)
Menurut Anwariansyah (2009)Pengetahuan didefinisikan bermacam-macam, antara lain:
1) Keahlian dan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh oleh seseorang melalui pengalaman atau pendidikan; pemahaman praktis atau teoritis tentang suatu hal,
2) Apa yang dikenal di dalam bidang tertentu atau secara keseluruhan, baik fakta-fakta dan/atau informasinya, dan
3) Kesadaran atau keakraban yang diperoleh oleh pengalaman dari suatu fakta atau situasi.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. (Wikipedia Indonesia, 2010).
b. Tingkat pengetahuan
Menurut Hendra (2008) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang di terima, ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya
2) Memahami (comprehension)
Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang di pelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real ( sebenamya). Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen — komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,. kemampuan analisis ini dapat di lihat dan penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dan formulasi yang ada. Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian — bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian di dasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.
c. Sumber Pengetahuan
Menurut Sofyan (2008) pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari sumber individu, antara lain :
1) Indera
Indera digunakan untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan di sekitar kita. Indera ada bermacam-macam; yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni indera penglihatan (mata) yang memungkinkan kita mengetahui warna, bentuk, dan ukuran suatu benda; indera pendengaran (telinga) yang membuat kita membedakan macam-macam suara; indera penciuman (hidung) untuk membedakan bermacam bau-bauan; indera perasa (lidah) yang membuat kita bisa membedakan makanan enak dan tidak enak; dan indera peraba (kulit) yang memungkinkan kita mengetahui suhu lingkungan dan kontur suatu benda.
Pengetahuan lewat indera disebut juga pengalaman, sifatnya empiris dan terukur. Kecenderungan yang berlebih kepada alat indera sebagai sumber pengetahuan yang utama, atau bahkan satu-satunya sumber pengetahuan, menghasilkan aliran yang disebut empirisisme, dengan pelopornya John Locke dan David Hume dari Inggris. Mengenai kesahihan pengetahuan jenis ini, seorang empirisis sejati akan mengatakan indera adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya, dan pengetahuan inderawi adalah satu-satunya pengetahuan yang benar.
2) Akal
Akal atau rasio merupakan fungsi dari organ yang secara fisik bertempat di dalam kepala, yakni otak. Akal mampu menambal kekurangan yang ada pada indera. Akallah yang bisa memastikan bahwa pensil dalam air itu tetap lurus, dan bentuk bulan tetap bulat walaupun tampaknya sabit. Keunggulan akal yang paling utama adalah kemampuannya menangkap esensi atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikat pada fakta-fakta khusus. Akal bisa mengetahui hakekat umum dari kucing, tanpa harus mengaitkannya dengan kucing tertentu yang ada di rumah tetangganya, kucing hitam, kucing garong, atau kucing-kucingan.
Akal mengetahui sesuatu tidak secara langsung, melainkan lewat kategori-kategori atau ide yang inheren dalam akal dan diyakini bersifat bawaan. Ketika kita memikirkan sesuatu, penangkapan akal atas sesuatu itu selalu sudah dibingkai oleh kategori. Kategori-kategori itu antara lain substansi, kuantitas, kualitas, relasi, waktu, tempat, dan keadaan.
Pengetahuan yang diperoleh dengan akal bersifat rasional, logis, atau masuk akal. Pengutamaan akal di atas sumber-sumber pengetahuan lainnya, atau keyakinan bahwa akal adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, disebut aliran rasionalisme, dengan pelopornya Rene Descartes (1596-1650) dari Prancis. Seorang rasionalis umumnya mencela pengetahuan yang diperoleh lewat indera sebagai semu, palsu, dan menipu.
3) Hati atau Instuisi
Organ fisik yang berkaitan dengan fungsi hati atau intuisi tidak diketahui dengan pasti; ada yang menyebut jantung, ada juga yang menyebut otak bagian kanan. Pada praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan yang tiba-tiba saja hadir dalam kesadaran, tanpa melalui proses penalaran yang jelas, non-analitis, dan tidak selalu logis. Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan, baik saat santai maupun tegang, ketika diam maupun bergerak. Kadang ia datang saat kita tengah jalan-jalan di trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat main catur, atau saat kita menikmati pemandangan alam.
Intuisi disebut juga ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir begitu saja secara tiba-tiba, namun tampaknya ia tidak jatuh ke sembarang orang, melainkan hanya kepada orang yang sebelumnya sudah berpikir keras mengenai suatu masalah. Ketika seseorang sudah memaksimalkan daya pikirnya dan mengalami kemacetan, lalu ia mengistirahatkan pikirannya dengan tidur atau bersantai, pada saat itulah intuisi berkemungkinan muncul. Oleh karena itu intuisi sering disebut supra-rasional atau suatu kemampuan yang berada di atas rasio, dan hanya berfungsi jika rasio sudah digunakan secara maksimal namun menemui jalan buntu.
d. Jenis Pengetahuan
Menurut Pratono (2005) ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan eksplisit dan pengetahuan tacit. Pengetahuan eksplisit dapat diungkapkan dengan kata-kata dan angka, disebarkan dalam bentuk data, spesifikasi, dan buku petunjuk, sedangkan pengetahuan tacit sifatnya sangat personal yang sulit diformulasikan sehingga sulit dikomunikasikan kepada orang lain.
a) Explicit Knowledge. Bentuk pengetahuan yang sudah terdokumentasi/terformalisasi, mudah disimpan, diperbanyak, disebarluaskan dan dipelajari. Contoh: manual, buku, laporan, dokumen, surat dan sebagainya.
b) Tacit Knowledge. Bentuk pengetahuan yang masih tersimpan dalam pikiran manusia. Misalnya gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran, dan sebagainya.
e. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Meliono yang dikutip di Wikipedia Indonesia (2010) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:.
1) Pendidikan
Pendidikan” adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
2) Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
3) Keterpaparan informasi
pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases .
Sedangkan menurut Erfandi (2009) yang mengutip dari beberapa sumber, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
1) Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
2) Mass media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
3) Sosial budaya dan ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6) Usia.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
f. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Erfandi (2009) Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes / kuesioner tentang object pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan :
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
Selanjutnya prosentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut :
1) Baik : Nilai = 76-100%
2) Cukup : Nilai = 56-75%
3) Kurang : Nilai = 40-55%
4) Tidak baik : Nilai < 40%

VitaminA

Retinol
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Vitamin A (Retinol)
General
Rumus kimia C20H30O
Berat molekul 286.456 g/mol
Sifat vitamin
Larut dalam minyak
RDA (laki-laki dewasa) 900 µg/day
RDA (perempuan dewasa) 700 µg/day
RDA upper limit (laki-laki dewasa) 3,000 µg/day
RDA upper limit (perempuan dewasa) 3,000 µg/day
Gejala kekurangan

* Rabun senja
* Keratomalasia
* Kulit pucat, kering

Gejala kelebihan

* Keracunan hati
* Kulit kering
* Rambut rontok
* Efek Teratologikal
* Osteoporosis (suspected, long-term)

Sumber

* Hati
* Produk susu
* Buah - buahan berwarna gelap
* Sayuran

Retinol, bentuk konsumsi untuk vitamin A, adalah Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik.[1] Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh. Vitamin A banyak ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu, keju, dan hati.[1]
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Vitamin A bagi kesehatan tubuh
o 1.1 Peranan vitamin A dalam indra penglihatan
o 1.2 Vitamin A dan sistem imun
o 1.3 Antioksidan
* 2 Referensi

[sunting] Vitamin A bagi kesehatan tubuh
Wortel, salah satu jenis buah yang banyak mengandung vitamin A.
[sunting] Peranan vitamin A dalam indra penglihatan

Vitamin A banyak berperan dalam pembentukan indra penglihatan bagi manusia. Vitamin ini akan membantu mengkonversi sinyal molekul dari sinar yang diterima oleh retina untuk menjadi suatu proyeksi gambar di otak kita.[1] Senyawa yang berperan utama dalam hal ini adalah retinol. Bersama dengan rodopsin, senyawa retinol akan membentuk kompleks pigmen yang sensitif terhadap cahaya untuk mentransmisikan sinyal cahaya ke otak. Oleh karena itu, kekurangan vitamin A di dalam tubuh seringkali berakibat fatal pada organ penglihatan.[2][3]
[sunting] Vitamin A dan sistem imun

Vitamin A juga dapat melindungi tubuh dari infeksi organisme asing, seperti bakteri patogen. Mekanisme pertahanan ini termasuk ke dalam sistem imun eksternal, karena sistem imun ini berasal dari luar tubuh.[1] Vitamin ini akan meningkatkan aktivitas kerja dari sel darah putih dan antibodi di dalam tubuh sehingga tubuh menjadi lebih resisten terhadap senyawa toksin maupun terhadap serangan mikroorganisme parasit, seperti bakteri patogen dan virus.[4]
[sunting] Antioksidan

Beta karoten, salah satu bentuk vitamin A, merupakan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas.[1] Senyawa radikal bebas ini banyak berasal dari reaksi oksidasi di dalam tubuh maupun dari polusi di lingkungan yang masuk ke dalam tubuh. Antioksidan di dalam tubuh dapat mencegah kerusakan pada materi genetik (DNA dan RNA) oleh radikal bebas sehingga laju mutasi dapat ditekan. Penurunan laju mutasi ini akan berujung pada penurunan risiko pembentukan sel kanker. Aktivitas antioksidan juga terkait erat dengan pencegahan proses penuaan, terutama pada sel kulit.[5]


[sunting] Referensi

1. ^ a b c d e Vitamins & Health Supplements Guide. 2006. http://www.vitamins-supplements.org/vitamin-A.php. Diakses pada 5 Mei 2010.
2. ^ Blomhoff R, Blomhoff HK. 2006. Overview of retinoid metabolism and function. J Neurobiology 66(7):606-630.
3. ^ Lee Rd, Thomas CF, Marietta RG, Stark WS. 1996. Vitamin A, visual pigments, and visual receptors in Drosophila. Microscopy Research Tech 35(6):418-430.
4. ^ Goetz LH. 1986. Malnutrition and immunological function with special reference to cell-mediated immunity. Am J Physic Anthropol 29:139-159.
5. ^ Hartman Pe, Shankel DM. 1990. Antimutagens and anticarcinogens: A survey of putative interceptor molecules. Environ Mol Mutagenesis 15(3):145-182.

[sembunyikan]
l • b • s
Vitamin (A11)
Fat soluble
A

Retinol · β-Karoten · Tretinoin · α-Karoten
D

D2 (Ergosterol, Ergokalsiferol) · D3 (7-Dehidrokolesterol, Previtamin D3, Kolekalsiferol, 25-hidroksikolekalsiferol, Kalsitriol (1,25-dihidroksikolekalsiferol), Asam Kalsitroik)
D4 (Dihidroergokalsiferol) · D5 · D analogues (Dihidrotakhisterol, Kalsipotriol, Takalsitol, Parikalsitol)
E

Tokoferol (Alfa, Beta, Gamma, Delta) · Tokotrienol · Tokofersolan
K

Naftoquinon · Pilloquinon/K1 · Menatetrenon/K2 · Menadion/K3
Water soluble
B

B1 (Thiamine) · B2 (Riboflavin) · B3 (Niacin, Nicotinamide) · B5 (Asam Pantotenik, Dekspantenol, Pantetin) · B6 (Piridoksin, Piridoksal fosfat, Piridoksamin)
B7 (Biotin) · B9 (Asam Folik, Asam Dihidrofolik, Asam Folinik) · B12 (Cyanocobalamin, Hydroxocobalamin, Methylcobalamin, Cobamamide) · Kolin
C

Asam Askorbik · Asam Dehidroaskorbik
Combinasi
Multivitamin