Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Kepercayaan diri adalah modal dalam rangka untuk mengantisipasi kecemasan. Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Seseorang yang diserang kecemasan biasanya akan bingung dalam menghadapi hidup . Juga berpendapat bahwa kecemasan ditanda dengan adanya perasaan khawatir, kegelisahan, perasaan tidak aman, ketidakmampuan dalam menghadapi tantangan, kurangnya percaya atau ketidakberdayaan dalam menentukan dan memperoleh penyelesaian masalah.
Berdasarkan pengertian diatas, kecemasan merupakan rasa takut akan kekhawatiran yang tidak berasalan tentang suatu hal yang tidak menyenangkan dan menyangkut kejiwaan kondisi psikologi seseorang.
b. Tanda dan Gejala Kecemasan
sindrom kecemasan bervariasi tergantung tingkat kecemasan yang dialami seseorang.
1) Gejala fisiologi
Peningkatan frekwensi nadi, tekanan darah, nafas, mual atau muntah, sering berkemih, diare, insomnia, kelelahan dan kelemahan, kemerahan atau pucat pada wajah, mulut kering, nyeri (khususnya dada, punggung, dan leher) gelisah, ringan atau pusing, rasa panas dan dingin.
2) Gejala emosional
Individu mengatakan merasa ketakutan atau tidak berdaya, gugup, cemas, kehilangan percaya diri, tegang, tidak rileks, individu juga memperlihatkan peka terhadap rangsangan atau tidak sabar, mudah marah, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik diri sendiri dan orang lain.
3) Gejala kognitif
Tidak mampu berkonsentrasi, kurang orientasi lingkungan, pelupa, memblok pikiran (ketidakmampuan untuk mengingat) dan perhatian yang berlebihan.
c. Klasifikasi Kecemasan
Klasifikasi kecemasan menurut adalah sebagai berikut :
1) Kecemasan ringan
Berhubungan dengan tekanan hidup sehari-hari, tipe kecemasan ini dapat memotivasi seseorang untuk belajar dan tumbuh serta kreatif.
2) Kecemasan sedang
Fokus perhatian pada yang dekat, lapangan persepsi menyempit lebih sempit dari penglihatan, pendengaran dan pemahaman orang lain, mengalami hambatan dan memperlihatkan hal-hal tertentu, tetapi dapat memperlihatkan hal-hal tersebut apabila di suruh.
3) Kecemasan berat
Sudut pandang individu menurun, hanya memfokuskan hal-hal yang khusus saja dan tidak mampu berfikir berat dan membuktikan pengaturan akan susunan untuk memfokuskan hal-hal lain.
4) Panik
Berhubungan dengan kelakuan dan teror, pada tingkatan ini hal-hal kecil terabaikan, karena kehilangan kontrol total, maka tidak lagi dapat diatur, hingga terjadinya peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, distorsi, persepsi dan kehilangan pikiran rasional.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan diantaranya adalah :
1) Faktor-Faktor Kognitif
Fokus dari perspektif kognitif adalah pada peran dari cara berpikir yang distorsi dan disfungsional yang mungkin memegang peran pada pengembangan gangguan-gangguan kecemasan. beberapa gaya berpikir yang dikaitkan dengan gangguan-gangguan kecemasan adalah:
a) Prediksi berlebihan terhadap rasa takut
Orang dengan gangguan kecemasan sering kali memprediksi secara berlebihan tentang seberapa besar ketakutan atau kecemasan yang akan mereka alami dalam situasi-situasi pembangkitan - kecemasan, orang dengan fobia ular misalnya, mungkin berharap akan gemetar ketika berhadapan dengan seekor ular
b) Keyakinan yang Self-Defeating atau rasional
Pikiran-pikiran Self-Defeating dapat meningkatkan dan mengekalkan gangguan-gangguan kecemasan dan fobia. Bila berhadapan dengan stimuli pembangkitan kecemasan, orang mungkin berfikir, ”Saya harus keluar dari sini,” atau”Jantung saya akan meloncat keluar dari dada saya”.pikiran-pikiran semacam ini mengintensifikasi keterangsangan otomotorik: menunggu rencana, memperbesar aversivitas stimuli, mendorong tingkah laku menghindar, dan menurunnya harapan untuk Self-Efficacy sehubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengembalikan situasi.
c) Sensitivitas berlebihan terhadap ancaman
Suatu sensitivitas berlebihan terhadap sinyal ancaman adalah ciri utama dari gangguan-gangguan kecemasan. Orang-orang dengan fobia memersepsikan bahaya pada situasi-situasi yang oleh kebanyakan orang dianggap aman,seperti menaiki elevator atau mengendarai mobil melalui jembatan. Kita semua mempunyai sistem alarm internal yang sensitif terhadap sinyal ancaman. Sistem ini secara ovulasi mempunyai keuntungan untuk manusia karena meningkatkan kemungkinan terhadap hidup dalam lingkungan yang sarat akan hostilitas.
d) Sensitivitas kecemasan
Sensitivitas kecemasan (anxiety sensitivity) biasanya didefinisikan sebagai ketakutan terhadap kecemasan dan simtom-simtom yang terkait dengan kecemasan. Orang dengan taraf sensitivitas yang tinggi terhadap kecemasan mempunyai ketakutan terhadap ketakutan itu sendiri. Mereka takut terhadap emosi-emosi mereka atau takut bahwa keterangsangan tubuh yang diasosiasikan dengan keadaan tersebut akan menjadi tidak terkendali, mengakibatkan konsekuensi yang merugikan, seperti menderita serangan jantung,mereka mungkin mudah sekali menjadi panik bila mereka mengalami tanda-tanda kebutuhan dari kecemasan,seperti jantung berdebar, nafas pendek, karena mereka menganggap simtom-simtom ini sebagai akan datangnya malapetaka.
Sensitivitas terhadap kecemasan merupakan faktor resiko yang penting bagi gangguan panik
e) Salah mengatribusikan sinyal-sinyal tubuh
Para teoretikus kognitif menunjukkan peran dari salah interpretasi yang membawa bencana, seperti peran palpitasi jantung,pusing tujuh keliling,kepala enteng dalam eskalasi dari simtom-simtom panik menjadi serangan panik yang parah. Epinefrina mengintensifikasi sensasi fisik dengan terjadinya peningkatan denyut jantung, nafas cepat, dan berkeringat. Perubahan-perubahan pada sensasi tubuh ini diinterpretasikan secara salah sebagai tanda-tanda dari akan terjadinya serangan panik atau lebih buruk lagi sebagai tanda akan terjadinya bencana(“Ya Tuhan,saya mendapat serangan jantung!”). salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh lebih lanjut dapat memperkuat persepsi akan adanya ancaman,yang kemudian meningkatkan kecemasan, dan lebih lanjut lagi menyebabkan simtom-simtom tubuh yang terkait dengan kecemasan, dan seterusnya dalam suatu lingkaran setan yang dengan cepat akan membubung menjadi serangan panik yang sepenuhnya
f) Kecemasan dan Self-Efficacy yang rendah
Kehilangan kepercayaan dalam kemampuan sendiri untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Ide yang ingin diungkapkan dihambat oleh kecemasan,yang mengganggu kemampuannya untuk berpikir dan berbicara dengan jelas. Kecemasan ini dipertahankan dengan persepsi yang salah tentang dirinya sebagai tidak mampu untuk mengatakan hal yang benar bila diminta untuk berpendapat dalam kelas atau bila berjumpa dengan orang-orang baru
2) Faktor-faktor Biologis
Bukti-bukti makin bertambah mengenai pentingnya faktor-faktor biologis pada gangguan-gangguan kecemasan faktor-faktor seperti hereditas dan ketidakseimbangan biokimia di otak. faktor biologis diantaranya adalah:
3) Faktor-faktor genetis
Faktor-faktor genetis dampak mempunyai peran penting dalam perkembangan gangguan-gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesis-kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia. Peneliti juga mengaitkan suatu gen dengan neurotisisme, suatu trait kepribadian yang mungkin mendasari kemudahan untuk berkembangnya gangguan-gangguan kecemasan. Trait neurotitisme mempunyai ciri kecemasan, suatu perasaan bahwa suatu yang buruk akan terjadi,dan kecenderungan untuk menghindari stimulus pembangkit ketakutan. Para peneliti memperkirakan bahwa separuh variabilitas dari masyarakat dalam populasi umum yang mempunyai trait mendasar ini berasal dari faktor-faktor ganetis, dan faktor lingkungan menjelaskan yang separuhnya lagi.
4) Neorotransmiter
Sejumlah neurotransmitter berpengaruh pada reaksi kecemasan,termasuk gamma aminobutyrc (GAMA). GAMA adalah neurotransmitter yang inhibitori, yang berarti meredakan aktivitas berlebih dari sistem saraf dan membantu untuk meredam respon-respon stres. bila aksi GABA tidak adekuat, neuro-neuro dapat berfungsi berlebihan,kemungkinan menyebabkan kejang-kejang. Dalam kasus-kasus yang kurang dramatis, aksi GABA yang kurang adekuat dapat meningkatkan kecemasan. ketidakteraturan dalam reseptor serotonin dan norepinephrine di otak juga memegang peran dalam gangguan-gangguan kecemasan.
e. Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Rasa Cemas.
1) Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal dapat mempengaruhi cara berpikir. Hal ini bisa saja disebabkan pengalaman dengan orang lain. Sehingga wajar bila kecemasan timbul jika merasa tidak aman terhadap lingkungan.
2) Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan dalam hubungan personal. Ini benar terutama jika menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu lama.
3) Sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Perubahan fisik berdampak pada perubahan perasaan dan dapat menimbulkan kecemasan.
4) Keturunan
Gangguan emosi ada yang ditemukan dalam keluarga- keluarga tertentu, tapi ini bukan merupakan penyebab penting dari kecemasan.
f. Faktor Predisposisi Kecemasan
faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi kecemasan dapat dibagi menjadi beberapa pandangan diantaranya :
1) Pandangan psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian-id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi dua tuntutan dari elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengikatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Pandangan interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.
3) Pandangan prilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Pakar prilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
4) Kajian keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan kecemasan dengan depresi.
5) Kajian biologis
Menunjukan bahwa otak mengandung rreseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki bab nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor.
g. Pengukuran tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan skala seperti Hamilton Anxiety Rscale, Anxiety scale dari Catex. Manifert anxiety scale (MASD) dari Tylor dan test anxiety quesstionare dari Jorason (Anwar, et.all,1980).
Untuk menentukan tingkat kecemasan dipakai skor HARS yang telah dianggap baku.
Bila diadakan skoring, maka skor 15 atau lebih menunjukkan adanya kecemasan penderita. Adapun gejala-gejala yang tercantum pada HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) adalah terdiri dari 14 item yaitu :
1) Perasaan cemas yang ditandai dengan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran, dan mudah tersinggung.
2) Ketegangan yang ditandai dengan merasa tegang, mudah menangis, lesu, gemetar, gelisah, tidak dapat beristirahat dengan nyenyak.
3) Ketakutan yang ditandai dengan takut pada gelap, ditinggal sendiri, orang asing, binatang besar, keramaian lalu lintas, dan kerumunan orang banyak.
4) Gangguan kecerdasan yang ditandai dengan daya ingat buruk.
5) Gangguan tidur ditandai dengan sukar untuk tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, bangun dengan lesu, mimpi buruk atau (menakutkan).
6) Perasaan depresi yang ditandai dengan kehilangan minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah sepanjang hari, sedih dan bangun dini hari.
7) Gejala sensorik yang ditandai dengan tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah dan perasaan ditusuk-tusuk.
8) Gejala somatik yang ditandai dengan nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemertak dan suara tidak stabil.
9) Gejala kardiovaskuler yang ditandai dengan takikardi, berdebar-debar, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, nyeri dada dan detak jantung hilang sekejap.
10) Gejala pernafasan yang ditandai dengan rasa tertekan pada dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas panjang.
11) Gejala gastrointestinal yang ditandai dengan sulit menelan, perut melilit, mual, muntah, enek, gangguan pencernaan, nyeri lambung sesudah dan sebelum, makan, defekasi lembek, berat badan menurun, rasa panas di perut, konstipasi dan perut tersa penuh atau kembung.
12) Gejala urogenital yang ditandai dengan sering kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorhoe, menorhagia, ereksi dan impoten.
13) Gejala vegetatif yang ditandai dengan mulut kering, muka pucat, mudah berkeringat, pusing atau sakit kepala, dan bulu roma berdiri.
14) Perilaku sewaktu wawancara yang ditandai dengan gelisah, muka tegang, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, tonus mata meningkat, dan nafas pendek dan cepat.
Kemudian dilakukan suatu penilaian dari setiap jawaban, masing-masing jawaban mengandung nilai sebagai berikut :
1) Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali.
2) Skor 1 : 1 dari gejala yang ada.
3) Skor 2 : separuh dari gejala yang ada.
4) Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada.
5) Skor 4 : semua gejala yang ada.
Data yang diperoleh kemudian dinilai berdasarkan derajat kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) sebagai berikut :
< 14 = tidak ada kecemasan.
14 - 20 = kecemasan ringan.
21 - 27 = kecemasan sedang.
28 - 41 = kecemasan berat.
42 - 56 = panik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar