Selamat Datang !!!

Selamat datang di Blogku, Semoga bermanfaat, Tolong tinggalkan komentar....!

Rabu, 07 Desember 2011

Konsep Dasar Kekurangan Energi Protein (KEP)



Pengertian Kekurangan Energi Protein (KEP)
KEP adalah suatu keadaan dimana rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Kurangnya zat gizi makro (energi dan protein) pada balita bisa menyebabkan KEP
KKP (PEM; protein-energy malnutrition) mengacu kepada sindrom klinis yang ditandai oleh asupan protein dan kalori yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh
Penyakit defisiensi gizi timbul bila energi dan zat gizi lain tidak dikonsumsi dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan untuk fungsi lainnya


Penyebab Kekurangan Energi Protein (KEP)
Keadaan kurang energi-protein disebabkan oleh masukan (intake) energi dan protein yang sangat kurang dalam waktu yang cukup lama. Keadaan ini akan lebih cepat terjadi bila anak mengalami diare atau infeksi penyakit lainnya. Keadaan kehidupan yang miskin mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya kondisi kurang energi protein. Tanda-tanda yang paling utama daripada KEP adalah pertumbuhan fisik yang kurang normal. Hal ini dapat dilihat atau diperiksa dan catatan pada kartu kurva pertumbuhan berat badan. Beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum timbul tanda-tanda klinis yang jelas, anak itu pertumbuhan berat badannya sangat lambat atau bahkan berhenti. Sejak beberapa bulan pertama dan kehidupan, umumnya bayi tumbuh baik (normal) asalkan memperoleh air susu ibu (ASI) yang cukup. Biasanya pada suatu ketika antara bulan ke empat dan ke lima atau lebih awal lagi, pertambahan berat badan anak yang mendapatkan air susu ibu mulai menurun dan ini akan tampak dan catatan berat badan pada kartu kurva pertumbuhan (Kartu Menuju Sehat). Pada waktu inilah seyogyanya makanan tambahan bayi perlu diberikan mendampingi ASI. Apabila makanan sapihan belum mulai diberikan atau bayi terkena infeksi lagi, berat badan bayi tidak dapat naik dan sementara itu akan timbul gejala-gejala klinis kurang energi-protein (Suhardjo, 2002 : 60-61).
Jenis Kekurangan Energi Protein (KEP)
ada tiga tipe KEP, diantaranya adalah :
1.         Tipe Kwashiorkor
Kwashiorkor terjadi akibat kekurangan protein. Penyakit gangguan gizi ini banyak dijumpai pada anak usia 1-3 tahun. Orang tua biasanya tidak menyadari bahwa anaknya sakit. Hal ini disebabkan kebutuhan energinya tercukupi sehingga berat badan menjadi normal. Apalagi ditambah dengan adanya oedem (sembap) pada badan anak karena kekurangan protein.
2.         Tipe Marasmus
Marasmus terjadi akibat kekurangan energi. Gangguan gizi ini biasanya terjadi pada anak usia tahun pertama yang tidak mendapat cukup ASI (Air Susu Ibu).
3.         Tipe Kwashiorkor Marasmus
Penyakit ini timbul jika makanan sehari-hari anak tidak cukup mengandung energi dan protein untuk pertumbuhan normal.
Gejala dan Tanda-tanda Kurang Energi-Protein
Kwashiorkor
Pada anak yang kwashiorkor yaitu yang mengalami kurang protein. Umumnya anak yang mengalami kwashiorkor berumur antara satu sampai tiga tahun. Anak yang mengalami kwashiorkor pertumbuhannya terhambat, otot dagingnya menyusut dan lembek, namun masih terdapat lapisan lemak di bawah kulit tidak seperti pada anak yang marasmus. Biasanya terjadi pembengkakan (oedema) terutama pada kaki bagian bawah, selain itu mukanya menampakkan bentuk seperti bulan (moon face). Anak kelihatannya gemuk karena ada oedema tersebut. Untuk memeriksa apakah benar ada oedema, maka dapat dilakukan dengan menekan kaki yang bengkak itu dengan ibu jari. Apabila bagian yang ditekan itu tidak cepat kembali, maka ini suatu pertanda adanya oedema. Warna rambut biasanya berubah menjadi coklat kemerah-merahan (pirang) atau abu-abu dan mudah sekali lepas. Anak yang rambutnya keriting karena menderita kwashiorkor dapat menjadi lurus. Warna kulit menjadi pucat dan biasanya anak menjadi Anemi. Anak yang kwashiorkor tampak murung dan apatis, tidak mempunyai nafsu makan dan sulit untuk diberi makan
gejalanya kwashiorkor antara lain :
1.         Oedem pada kaki dan muka (moon face)
2.         Rambut berwarna jagung dan tumbuh jarang
3.         Perubahan kejiwaan seperti apatis, wajah memelas, cengeng, dan nafsu makan kurang
4.         Muncul kelainan kulit mulai dan bintik-bintik merah yang kemudian berpadu menjadi bercak hitam
Marasmus
Keadaan kurang energi-protein yang sampai pada taraf marasmus biasanya diderita oleh anak umur kurang dan satu tahun. Anak yang demikian pertumbuhannya sangat terhambat dan apabila diukur dan berat badan menurut umurnya maka akan berada di bawah 60% daripada standar. Biasanya lapisan lemak di bawah kulit sangat sedikit bahkan umumnya tidak terdapat sama sekali, sehingga kulit itu mudah diangkat. Anak biasanya seperti orang tua atau “monkey face”. Otot daging tampak sekali menyusut (wasted), lembek, dan ini dapat dilihat pada paha dan lengan atas di mana seharusnya tebal dan kencang. Tanda oedema dan perubahan warna rambut biasanya tidak dijumpai (Suhardjo, 2002 : 63)
gejala marasmus  antara lain :
1.         Berat badan sangat rendah
2.         Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi)
3.         Wajah anak seperti orangtua (old face)
4.         Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh
5.         Cengeng dan apatis (kesadaran menurun)
6.         Mudah terkena penyakit infeksi
7.         Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah kulit
8.         Sering diare
9.         Rambut tipis dan mudah rontok
Marasmus – kwashiorkor
Pada keadaan kombinasi marasmus-kwashiorkor tanda-tanda gabungan kedua keadaan itu biasanya dijumpai

Penanganan Kurang Energi Protein
penanganan kekurangan energi protein menurut tipenya, antara lain :

KEP ringan dan sedang
Kepada si ibu harus dibantu untuk memperbaiki makanan anaknya. ini dapat dilakukan dengan meningkatkan konsentrasi energi dan protein dalam makanan anak yang bersangkutan. Diberikan lebih sering, makanan dibuat lebih beragam (bervariasi), termasuk pangan hewani bila memungkinkan, diberi makanan tambahan melalui pusat-pusat pelayanan gizi, kecuali itu selalu dipantau berat badan dan kesehatannya.
KEP Berat
Anak dengan KEP berat khususnya jika terdapat infeksi akut, diare dan dehidrasi, xerophthalmia atau anemia berat, maka anak yang demikian harus dirawat di rumah sakit karena bila tidak, dapat terjadi kondisi yang lebih gawat lagi. Hal-hal berikut ini dapat dilakukan dalam menangani anak yang mengalami KEP berat:
1.         Amati anak itu dan telusuri latar belakangnya, periksa apakah ada xerophthalmia.
2.         Periksa tingkat dehidrasinya dan cara perawatannya.
3.         Periksa ada tidaknya infeksi atau parasit dan cara perawatannya.
4.         Untuk kasus yang berada di daerah malaria endemik dapat dilakukan pemberian pil khoroquin secara rutin.
5.         Berikan injeksi intramuskular Vitamin A 100.000 IU atau secara oral dengan dosis 200.000 IU vitamin A.
Berikan pada hari berikutnya secara oral dengan dosis yang sama. Untuk anak di bawah umur satu tahun diberikan setengah dosis.
6.         Apabila hemoglobin di bawah 3 gram per 100 ml, berikan transfusi darah.
7.         Setelah itu berikan perlakuan makanan segera setelah tidak ada dehidrasi.
8.         Berikan suplementasi vitamin dan mineral:
1)        1 gram kalium khlorida per hari dalam bentuk tablet atau cairan.
2)        Zat besi.
3)        5 mg asam folat per hari.
4)        Multivitamin bentuk tablet atau cairan untuk memenuhi kebutuhan yang dianjurkan.
9.         Pemberian makanan yang sering (frequent) dianjurkan untuk mencegah kadar gula darah yang rendah.

Angka Kecukupan Energi Protein
Widyakarya pangan nasional pangan dan gizi 2004 menetapkan AKP untuk penduduk Indonesia berdasarkan berat badan patokan, mutu protein dan daya cerna protein hidangan di pedesaan seperti tabel 2.2. WHO (1990) menyatakan protein sebanyak 10-20% kebutuhan total dianggap baik untuk kesehatan.
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Energi Protein Anak Yang Dianjurkan
Golongan Umur
Berat Badan
(Kg)
Tinggi Badan
(cm)
AKP
(g)
0-6 bulan
7-11 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
6,0
8,5
12,0
17,0
25,0
60
71
90
110
120
10
16
25
39
45
(Almatsier, 2009 : 100)

Kriteria Kekurangan Energi Protein
untuk menentukan seseorang anak terkena KEP dapat dilihat dari berat badan yang menurun, yaitu :
1.         KEP Ringan   :    Jika berat badan hanya 70% - 80% berat badan ideal
2.         KEP Sedang   :    Jika berat badan hanya 60% - 70% berat badan ideal
3.         KEP Berat      :    Jika berat badan hanya < 60% berat badan
Sedangkan menurut Asydhad (2006 : 9) ukuran berat badan dan tinggi badan menurut umur adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3. Ukuran Berat Badan dan Tinggi Badan Menurut Umur
Umur
Berat Badan (Kg)
Tinggi Badan (Cm)
Standar
80%
60%
Standar
80%
60%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
1,3
1,6
1,9
2
2,3
2,6
2,9
3
3,3
3,6
3,9
4
4,3
4,6
4,9
5
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
3,4
4,3
5,0
5,7
6,3
6,9
7,4
8,0
8,4
8,9
9,3
9,6
9,9
10,6
11,3
11,9
12,4
12,9
13,5
14,0
14,5
15,0
15,5
16,0
16,5
17,0
17,4
17,9
18,4
2,7
3,4
4,0
4,5
5,0
5,5
5,9
6,3
6,7
7,1
7,4
7,7
7,9
8,5
9,0
9,6
9,9
10,5
10,8
11,2
11,6
12,0
12,4
12,9
13,2
13,6
14,0
14,4
14,7
2,0
2,5
2,9
3,4
3,8
4,2
4,5
4,9
5,1
5,3
5,5
5,8
6,0
6,4
6,8
7,2
7,5
7,8
8,1
8,4
8,7
9,0
9,3
9,6
9,9
10,2
10,5
10,8
11,0
50,5
55
58
60
62,5
64,5
66
67,5
69
70,5
72
73,5
74,5
78
81,5
84,5
87
89,5
92
94
96
98
99,5
101,5
103,5
105
107
108
109
43
46
49
51
53
54.5
56
57.5
59
60
61,5
63
64.5
68
69
72
74
76
78
80
82
83,5
84,5
86
87,5
88,5
90
91,5
92,5
35,5
38,5
40,5
42
43,5
45
46
47
48,5
49,5
50,5
51.5
52,5
54,5
57
59
61
62,5
64
65,6
67
68,5
70
71
72
73,5
74,5
75,5
76

Tidak ada komentar:

Posting Komentar