Selamat Datang !!!

Selamat datang di Blogku, Semoga bermanfaat, Tolong tinggalkan komentar....!

Rabu, 06 April 2011

Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Suami tentang Berhubungan Seks Selama Kehamilan

ABSTRAK
Judul : Hubungan Pengetahuan Dengan Kecemasan Suami
Tentang Berhubungan Seks Selama Kehamilan Di BPS Desa Kecamatan Kabupaten
Tahun : 2010

Kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seks. Beberapa penelitian membuktikan bahwa hubungan seks selama kehamilan tidak berbahaya. Sampai saat ini dilaporkan 22%-79% dari calon ayah mengalami perubahan hormonal, 1 1%-50% diantaranya mengalami penurunan gairah dan mengalami kecemasan karena tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi. Pemahaman tentang mengapa berhubungan seks selama kehamilan menjadi berbeda dengan biasanya, akan dapat meredakan ketakutan dan kecemasan.
Penelitian dilaksanakan tanggal 13-20 Juli 2010 dengan tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan. Desain dalam penelitian ini yaitu korelasi cross sectional dengan populasinya yaitu suami dari ibu hamil yang mengantar periksa dengan teknik accidental sampling diperoleh sampel sebanyak 16 responden dan variabel yang digunakan yaitu variabel bebas adalah pengetahuan suami dan variabel tergantung adalah kecemasan suami. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisa dengan Spearman.
Hasil analisa dari 16 responden didapatkan hasil bahwa harga ρ hitung 0,901 dan harga ρ tabel 0,506 maka terlihat bahwa ρ hitung lebih besar dari ρ tabel yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan. Sebagai petugas kesehatan (bidan) khususnya diharapkan lebih aktif memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang hubungan seks selama kehamilan sehingga dapat mengurangi kecemasan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Hubungan seks, Kecemasan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seks. Beberapa penelitian membuktikan bahwa hubungan seks selama kehamilan tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur. Hubungan seks dapat dilakukan dengan aman sejak terbentuknya janin sampai dengan mulainya saat persalinan asalkan kehamilan berjalan normal. (Close, Sylvia, 1998:1)
Beberapa situasi yang menyarankan untuk menghentikan hubungan seks yaitu jika terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas, terjadi perdarahan saat berhubungan seks, terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak, pernah mengalami keguguran, terjadi plasenta previa, kehamilan kembar. (Manuaba, 1998:139)
Secara fisiologis pada saat istri hamil suami tidak terganggu, tetapi keinginan berhubungan seks dengan istri akan terganggu secara emosi. Oleh karena itu, keinginan berhubungan seks dengan istrinya yang sedang hamil berbeda. Pada kebanyakan pasangan akan timbul kecemasan karena perubahan saat istri hamil antara lain rasa takut pada keguguran sehingga suami memilih untuk menghentikan hubungan seks. Suami menjadi terlalu sensitif dan menyesuaikan perasaan istri pada masa hamil dengan maksud bertanggung jawab untuk melindungi sang ibu, janin dan kehamilan atau karena menuruti peraturan agama atau adat setempat. (Close, Sylvia, 1998: 10)
Pada satu kelompok wanita, hanya 21% yang tidak mengalami atau sedikit mengalami kenikmatan seksual sebelum kehamilan. Hal tersebut meningkat menjadi 41% pada trimester I kehamilan, dan 59% pada trimester III. Hampir setiap pasangan selama kehamilan akan mengalami beberapa perubahan seperti tidak berhubungan seks sama sekali atau menjadi sedikit tidak nyaman. (Eisenberg, Arlene, 1998:184)
Keengganan berhubungan seks saat istri sedang hamil juga dipengaruhi oleh perubahan hormon yang terjadi pada wanita. Banyak istri saat hamil yang kurang bergairah, bahkan ada yang tidak mau disentuh sama sekali. Disisi lain, begitu suami mengetahui istri hamil, suami juga akan mengalami perubahan hormon. Pada saat itu, produksi hormon estradiol dan estrogen lebih tinggi, sedangkan testoteron sedikit berkurang. Hal ini menyebabkan penurunan gairah dan kecemasan pun meningkat (problemseks.blogspot.com).
Berdasarkan penjelasan seorang psikiater di Jakarta mengatakan bahwa beberapa pria mengalami perubahan hormonal selama kehamilan istrinya. Sampai saat ini dilaporkan 22%-79% dari calon ayah mengalami perubahan hormonal, 1 1%-50% diantaranya mengalami penurunan gairah dan mengalami kecemasan karena tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi. (Bibilung, 2007)
Pemahaman tentang mengapa berhubungan seks selama kehamilan menjadi berbeda dengan biasanya, akan dapat meredakan ketakutan dan kecemasan sehingga pasangan dapat merasa tenang dengan keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan hubungan seks. (Eisenberg, Arlene, 1998:185)
Berdasarkan studi pendahuluan di 4 BPS Kabupaten Gorontalo yaitu di BPS Ny. Ida Fariati Desa Tugurejo Kecamatan Gurah Kabupaten Bantul didapatkan 1 suami yang mengantar periksa dan tidak merasa khawatir tentang berhubungan seks selama kehamilan, di BPS Ny. Agustin Desa Doko Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Bantul ada 2 suami ibu hamil yang mengantar periksa, dari 2 suami ini 1 merasa khawatir dan 1 tidak mengalami kekhawatiran tentang berhubungan seks selama kehamilan. Dan di BPS Ny. Siti Fatimah Amd,Keb Desa Ngingas Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Bantul didapatkan 5 suami ibu hamil yang mengantar periksa. Dari 5 suami ibu hamil 3 (60%) diantaranya khawatir untuk melakukan hubungan seks karena tidak mengerti tentang hubungan seks selama kehamilan dan 2 (40%) diantaranya tidak khawatir, sedangkan di BPS Ny. Ninik Desa Plemahan Kecamatan Plemahan Kabupaten Bantul didapatkan 1 suami yang mengantar periksa dan mengalami kekhawatiran mengenai hubungan seks selama kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah
“Adakah hubungan pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kecamatan .... Kabupaten ....... ?”

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kecamatan .... Kabupaten ........
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Mengetahui pengetahuan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kecamatan .... Kabupaten ........
1.3.2.2 Mengetahui tingkat kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kabupaten ........
1.3.2.3 Menganalisa hubungan pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kecamatan .... Kabupaten ........

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menerapkan riset kebidanan tentang hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya.
1.4.3 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care.

Kamis, 17 Maret 2011

PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI

I. Konsep Kebersihan Alat Kelamin (Vulva Hygiene)
A. Pengertian
Kebersihan Alat Kelamin (Vulva hygiene) merupakan menjaga kebersihan vagina dengan membilas bagian-bagian tersebut dengan air matang dan sabun setelah bak atau bab.(perawatan ibu dipusat kesehatan masyarakat)
Vulva hygiene adalah membersihkan alat kelamin luar perempuan (Laksmana, 2001)
Vulva hygiene adalah memelihara kebersihan alat kelamin luar perempuan (Laksmana.2002)
B. Tujuan kebersihan alat kelamin (Vulva Hygiene)
Tujuan dilakukan vulva hygiene yaitu :
1) Untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga kebersihan vulva (Hidayat,2008:95)
2) Untuk kebersihan perineum dan vulva (Ibrahim, 2001)
C. Waktu perawatan kebersihan alat kelamin (vulva hygiene) :
Perawatan vulva hygiene ini dilakukan pada :
3) Dilakukan 2-3 kali sehari (http://universityofindonesia-perawatankebersihanalatkelamin.co.id).
4) Setelah bung air kecil atau buang air besar (http://universityofindonesia-perawatankebersihanalatkelamin.co.id)
5) Bila merasa tidak nyaman,
6) dilakukan tiga sampai empat jam (Ibrahim, 2001)
D. Langkah –langkah melakukan vulva hygiene yang benar yaitu:
Menurut (Charles Surjadi, 2002:53) yaitu:
1) Mencuci bagian luar organ seksual dengan sabun kulit setiap buang air kecil atau pun air besar membasuh dari arah depan ke belakang.
2) Menggunakan air yang bersih untuk mencuci organ reproduksi.
3) Mengganti celana dalam sehari dua kali, memakai pakaian dalam berbahan katun, untuk mempermudah penyerapan keringat.
4) Mengganti pembalut secara teratur 2 – 3 kali per hari atau setelah mandi dan buang air kecil.
5) Membiasakan diri mencukur rambut disekitar daerah kemaluan, untuk menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal pada daerah reproduksi tersebut.
E. Cara melakukan Vulva Hygiene saat menstruasi (Charles Surjadi, 2002:53)
1) Membersihkan bagian luar organ seksual dengan sabun kulit setiap buang air kecil atau pun air besar membasuh dari arah depan ke belakang.
2) Menggunakan air yang bersih untuk membersihkan organ reproduksi.
3) Mengganti celana dalam sehari dua kali, memakai pakaian dalam berbahan katun, untuk mempermudah penyerapan keringat.
4) Segera mungkin mengganti pembalut dan celana dalam jika merasa tidak nyaman atau mulai terasa lembab terutama pada hari-hari yang banyak mengeluarkan darah (hari pertama sampai ketiga), ini dikarenakan darah bisa menjadi media yang sesuai untuk kuman berkembang biak.
F. Prosedur pelaksanaan vulva hygiene saat menstruasi (Charles Surjadi, 2002:53) :
1) Membersihkan bagian luar organ seksual dengan sabun kulit setiap buang air kecil atau pun air besar membasuh dari arah depan ke belakang.
2) Menggunakan air yang bersih untuk membersihkan organ reproduksi.
3) Mengganti celana dalam sehari dua kali, memakai pakaian dalam berbahan katun, untuk mempermudah penyerapan keringat.
4) Segera mungkin mengganti pembalut dan celana dalam jika merasa tidak nyaman atau mulai terasa lembab terutama pada hari-hari yang banyak mengeluarkan darah (hari pertama sampai ketiga), ini dikarenakan darah bisa menjadi media yang sesuai untuk kuman berkembang biak.
5) Hindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal.

Rabu, 14 Juli 2010

PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN

PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN


Bayi yang sehat dan lucu pasti menjadi dambaan setiap pasangan. Namun, tentu saja tidak semua bayi beruntung dengan kesehatan yang prima. Apalagi pada anak yang masih bayi, berbagai macam penyakit bisa menyerang dengan mudah.
Bayi sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya. Tak pelak membuat banyak bayi mengalami gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada bayi sangat beragam, misalnya gangguan saluran pernapasan, jantung, atau yang ringan seperti influenza yang bisa saja ditularkan dari ibu, kakak atau tamu-tamu yang berkunjung ke rumah.

Bidan harus mengetahui lebih banyak tentang penyakit kulit, karena tidak dapat disangkal bahwa penyakit kulit pada anak sering dijumpai. Walaupun belum ada angka statistik yang membandingkan frekuensi penyakit kulit pada anak, namun diberbagai poliklinik Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten dibuat kesimpulan bahwa sekitar 20% adalah kasus penyakit kulit pada anak. Data terpenting yang harus diperhatikan oleh seorang yang bukan ahli penyakit kulit, yaitu cara membuat diagnosis serta memahami prinsip pengobatan sebaik-baiknya, agar jangan sampai timbul komplikasi karena obat atau cara pengobatan yang salah (FKUI, 2005).
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya, dengan berbagai alat didalamnya seperti lemak, otot, pembuluh darah, serabut syaraf, kelenjar keringat dan lain-lain. Alat-alat tersebut mengatur fungsi kulit yang beraneka ragam yaitu mulai dari proteksi secara fisis dan imunologis, mengatur suhu tubuh dan keseimbangan elektrolit (panas, dingin, tekanan, nyeri, gatal dan perabaan), ekskresi, pembuatan vitamin D, dan daya membersihkan diri (FKUI, 2005).
Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan. Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Kulit pada neonatus (bayi < 1 bulan) dan bayi (< 1 bulan) merupakan bagian yang mengalami proses pematangan yang cepat, baik struktur anatomi, bio kimia dan fisiologik setelah tahap pembentukan in utero.
Selain itu, keadaan kulit juga merupakan 'cermin' kesehatan tubuh seseorang. Para orang tua kini semakin menyadari bahwa menjaga kesehatan kulit anak sama pentingnya dengan menjaga kesehatan anak. Dan untuk menjaga kesehatan kulit ini, diperlukan perawatan rutin sejak usia dini. Perawatan rutin kulit juga mengekspresikan rasa cinta seorang ibu pada buah hatinya. Telah dibuktikan bahwa sentuhan ibu akan sangat berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental seorang anak (FKUI, 2002).
Prelevansi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri, virus atau jamur. Selain itu bergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Trauma kecil atau ringan dapat menyebabkan tempat masuknya mikroorganise ke kulit (FKUI, 2005).
Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya (http://www.sitiaisyah.com).
Seorang ahli ilmu kesehatan anak mengetahui miliria dengan baik, karena miliaria dapat ditemukan pada bayi yang berada dilingSeorang ahli ilmu kesehatan anak mengetahui miliria dengan baik, karena miliaria dapat ditemukan pada bayi yang berada dilingkungkan panas dan lembab. Kebanyakan bayi (60%) mempunyai kecenderungan terserang miliaria ketika mereka tumbuh dewasa, hal tersebut rupanya dipengaruhi oleh pematangan atau penguatan dinding saluran keringat, ekrin. Presentase dari orang dewasa yang menjadi suspek miliaria semakin meningkat terutama di daerah yang sangat panas dan juga kondisi yang lembab yaitu berkisar 70%-90% William colengan III (2004 : 605).  Miliaria rubra juga sering terjadi pada bayi atau orang dewasa yang berada dalam lingkungan tropis, mencakup sekitar 30% dari orang dilingkungkan tersebut (Carol 2004 : 240). Insiden terjadinya biang keringat pada bayi usia kurang dari 1 Tahun berkisar 30% sendangkan pada bayi lebih dari 1 tahun berkisar 35%. Hal ini dapat terjadi bila suhu udara panas (23-350C) dan kelembaban tinggi (50-87%) menyebabkan badan gerah yang dapat memicu timbulnya biang keringat (Priyono, 2004).kungkan panas dan lembab. Kebanyakan bayi (60%) mempunyai kecenderungan terserang miliaria ketika mereka tumbuh dewasa, hal tersebut rupanya dipengaruhi oleh pematangan atau penguatan dinding saluran keringat, ekrin. Presentase dari orang dewasa yang menjadi suspek miliaria semakin meningkat terutama di daerah yang sangat panas dan juga kondisi yang lembab yaitu berkisar 70%-90% William colengan III (2004 : 605).  Miliaria rubra juga sering terjadi pada bayi atau orang dewasa yang berada dalam lingkungan tropis, mencakup sekitar 30% dari orang dilingkungkan tersebut (Carol 2004 : 240). Insiden terjadinya biang keringat pada bayi usia kurang dari 1 Tahun berkisar 30% sendangkan pada bayi lebih dari 1 tahun berkisar 35%. Hal ini dapat terjadi bila suhu udara panas (23-350C) dan kelembaban tinggi (50-87%) menyebabkan badan gerah yang dapat memicu timbulnya biang keringat (Priyono, 2004). 


1. Biang Keringat
a. Pengertian
Biang keringat adalah kelainan kulit yang sering muncul pada bayi dan balita akibat tersumbatnya kelenjar keringat, sehingga keringat yang keluar berkumpul di bawah kulit dan mengakibatkan timbulnya bintik-bintik merah (Pasaribu, 2007).
Biang keringat disebut juga keringat buntet timbul di daerah dahi, leher dan bagian tubuh yang tertutup pakaian, disertai gatal, kulit kemerahan dan gelembung berair kecil-kecil (http///www.ikatandokter anakindonesia.co.id).
Biang keringat adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh keluarnya keringat berlebihan disertai tersumbatnya saluran kelenjar keringat dan biasanya terjadi pada daerah dahi, leher, punggung dan dada (http://www.republika.com).

b. Jenis-jenis Biang Keringat
Ada tiga macam biang keringat yaitu :
1) Miliaria kristalina
Biang keringat yang terjadi pada bayi baru lahir (neonatus) sumbatan terjadi pada permukaan kulit sehingga terlihat gelembung-gelembung kecil berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih, namun tidak terdapat kemerahan pada kulit (hhtp:\\www.republika.com).
2) Miliaria rubra
Biang keringat ini terjadi pada anak yang biasa tinggal di daerah atau lingkungan panas dan lembab. Terdapat bintik-bintik kecil (1-2 mm) berwarna merah, biasanya disertai keluhan gatal dan perih (hhtp:\\www.republika.com).
3) Miliaria profunda
Pada biang keringat jenis ini terdapat bintik-bintik putih, keras dan berukuran (1-3 mm). Kulit tidak berwarna merah, namun kasus ini jarang terjadi (hhtp:\\www.republika.com)

c. Penyebab Biang Keringat
Penyebab biang keringat menurut Pasaribu (2007) yaitu:
1) Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab.
2) Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.
3) Bayi mengalami panas atau demam.
4) Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan keringat.



Faktor yang menyebabkan keringat keluar berlebihan dan tersumbatnya saluran keringat yaitu udara panas dan lembab disertai ventilasi ruangan yang kurang baik, pakaian terlalu tebal dan ketat, aktivitas yang berlebihan, juga setelah mengalami demam (http://www.republika.com)
Faktor penyebab timbulnya keringat berlebihan yaitu :
1) Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang baik
2) Pakaian yang terlalu lembab dan ketat
Pakaian banyak memberikan pengaruh pada kulit, misalnya menimbulkan pergeseran, tekanan yang berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan suhu tubuh.
3) Aktivitas yang berlebihan, misalnya berolahraga
4) Setelah menderita sakit panas
(FKUI, 2002)

Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap dibawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil yang terasa gatal (http://www.conectique.com).

d. Pencegahan
1) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun.
2) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
3) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
4) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat (FKUI, 2002).

Pencegahan dapat dilakukan dengan:
Memandikan bayi atau anak secara teratur minimal 2 kali sehari dengan air dingin dan sabun. Orang tua sebaiknya juga sering membasuh keringat anak dengan handuk basah lalu dikeringkan dan ditaburi bedak. Ruangan juga harus diperhatikan, usahakan agar suhu ruangan tidak terlalu panas dan lembab dengan cara membuat ventilasi yang baik, jika perlu pasang kipas angin. Hindari pakaian yang tebal, ketat atau yang terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat seperti wol dan nilon (http://www.republika.com).
Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:
1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
2) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
3) Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
4) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.
5) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
6) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
7) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007).

e. Pengobatan
Sebenarnya pengobatan khusus tidak diperlukan, cukup pencegahan dan perawatan kulit yang benar. Bila biang keringat berupa gelembung kecil tidak disertai berupa gelembung kecil tidak disertai kemerahan, kering dan tanpa keluhan dapat diberi bedak setelah mandi. Bila kelainan kulit membasah tidak boleh ditaburkan bedak, karena akan terbentuk gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar sehingga menjadi tempat pertumbuhan kuman. Bila keluhan sangat gatal, luka dan lecet dapat diatasi dengan pemberian antibiotik (FKUI, 2002).

Senin, 05 Juli 2010

interpretasi frekuensi

Menurut Arikunto interpretasikan skala dari distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
Seluruh : 100 %
Hampir seluruh : 76% - 99%
Sebagian besar : 51% - 75%
Setengah : 50%
Hampir setengahnya : 26% - 49%
Sebagian kecil : 1% - 25%
Tidak satupun : 0%

Selasa, 01 Juni 2010

ANSIETAS

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Kepercayaan diri adalah modal dalam rangka untuk mengantisipasi kecemasan. Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Seseorang yang diserang kecemasan biasanya akan bingung dalam menghadapi hidup . Juga berpendapat bahwa kecemasan ditanda dengan adanya perasaan khawatir, kegelisahan, perasaan tidak aman, ketidakmampuan dalam menghadapi tantangan, kurangnya percaya atau ketidakberdayaan dalam menentukan dan memperoleh penyelesaian masalah.
Berdasarkan pengertian diatas, kecemasan merupakan rasa takut akan kekhawatiran yang tidak berasalan tentang suatu hal yang tidak menyenangkan dan menyangkut kejiwaan kondisi psikologi seseorang.

b. Tanda dan Gejala Kecemasan
sindrom kecemasan bervariasi tergantung tingkat kecemasan yang dialami seseorang.
1) Gejala fisiologi
Peningkatan frekwensi nadi, tekanan darah, nafas, mual atau muntah, sering berkemih, diare, insomnia, kelelahan dan kelemahan, kemerahan atau pucat pada wajah, mulut kering, nyeri (khususnya dada, punggung, dan leher) gelisah, ringan atau pusing, rasa panas dan dingin.
2) Gejala emosional
Individu mengatakan merasa ketakutan atau tidak berdaya, gugup, cemas, kehilangan percaya diri, tegang, tidak rileks, individu juga memperlihatkan peka terhadap rangsangan atau tidak sabar, mudah marah, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik diri sendiri dan orang lain.
3) Gejala kognitif
Tidak mampu berkonsentrasi, kurang orientasi lingkungan, pelupa, memblok pikiran (ketidakmampuan untuk mengingat) dan perhatian yang berlebihan.
c. Klasifikasi Kecemasan
Klasifikasi kecemasan menurut adalah sebagai berikut :

1) Kecemasan ringan
Berhubungan dengan tekanan hidup sehari-hari, tipe kecemasan ini dapat memotivasi seseorang untuk belajar dan tumbuh serta kreatif.
2) Kecemasan sedang
Fokus perhatian pada yang dekat, lapangan persepsi menyempit lebih sempit dari penglihatan, pendengaran dan pemahaman orang lain, mengalami hambatan dan memperlihatkan hal-hal tertentu, tetapi dapat memperlihatkan hal-hal tersebut apabila di suruh.
3) Kecemasan berat
Sudut pandang individu menurun, hanya memfokuskan hal-hal yang khusus saja dan tidak mampu berfikir berat dan membuktikan pengaturan akan susunan untuk memfokuskan hal-hal lain.
4) Panik
Berhubungan dengan kelakuan dan teror, pada tingkatan ini hal-hal kecil terabaikan, karena kehilangan kontrol total, maka tidak lagi dapat diatur, hingga terjadinya peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, distorsi, persepsi dan kehilangan pikiran rasional.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan diantaranya adalah :
1) Faktor-Faktor Kognitif
Fokus dari perspektif kognitif adalah pada peran dari cara berpikir yang distorsi dan disfungsional yang mungkin memegang peran pada pengembangan gangguan-gangguan kecemasan. beberapa gaya berpikir yang dikaitkan dengan gangguan-gangguan kecemasan adalah:
a) Prediksi berlebihan terhadap rasa takut
Orang dengan gangguan kecemasan sering kali memprediksi secara berlebihan tentang seberapa besar ketakutan atau kecemasan yang akan mereka alami dalam situasi-situasi pembangkitan - kecemasan, orang dengan fobia ular misalnya, mungkin berharap akan gemetar ketika berhadapan dengan seekor ular
b) Keyakinan yang Self-Defeating atau rasional
Pikiran-pikiran Self-Defeating dapat meningkatkan dan mengekalkan gangguan-gangguan kecemasan dan fobia. Bila berhadapan dengan stimuli pembangkitan kecemasan, orang mungkin berfikir, ”Saya harus keluar dari sini,” atau”Jantung saya akan meloncat keluar dari dada saya”.pikiran-pikiran semacam ini mengintensifikasi keterangsangan otomotorik: menunggu rencana, memperbesar aversivitas stimuli, mendorong tingkah laku menghindar, dan menurunnya harapan untuk Self-Efficacy sehubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengembalikan situasi.
c) Sensitivitas berlebihan terhadap ancaman
Suatu sensitivitas berlebihan terhadap sinyal ancaman adalah ciri utama dari gangguan-gangguan kecemasan. Orang-orang dengan fobia memersepsikan bahaya pada situasi-situasi yang oleh kebanyakan orang dianggap aman,seperti menaiki elevator atau mengendarai mobil melalui jembatan. Kita semua mempunyai sistem alarm internal yang sensitif terhadap sinyal ancaman. Sistem ini secara ovulasi mempunyai keuntungan untuk manusia karena meningkatkan kemungkinan terhadap hidup dalam lingkungan yang sarat akan hostilitas.
d) Sensitivitas kecemasan
Sensitivitas kecemasan (anxiety sensitivity) biasanya didefinisikan sebagai ketakutan terhadap kecemasan dan simtom-simtom yang terkait dengan kecemasan. Orang dengan taraf sensitivitas yang tinggi terhadap kecemasan mempunyai ketakutan terhadap ketakutan itu sendiri. Mereka takut terhadap emosi-emosi mereka atau takut bahwa keterangsangan tubuh yang diasosiasikan dengan keadaan tersebut akan menjadi tidak terkendali, mengakibatkan konsekuensi yang merugikan, seperti menderita serangan jantung,mereka mungkin mudah sekali menjadi panik bila mereka mengalami tanda-tanda kebutuhan dari kecemasan,seperti jantung berdebar, nafas pendek, karena mereka menganggap simtom-simtom ini sebagai akan datangnya malapetaka.
Sensitivitas terhadap kecemasan merupakan faktor resiko yang penting bagi gangguan panik
e) Salah mengatribusikan sinyal-sinyal tubuh
Para teoretikus kognitif menunjukkan peran dari salah interpretasi yang membawa bencana, seperti peran palpitasi jantung,pusing tujuh keliling,kepala enteng dalam eskalasi dari simtom-simtom panik menjadi serangan panik yang parah. Epinefrina mengintensifikasi sensasi fisik dengan terjadinya peningkatan denyut jantung, nafas cepat, dan berkeringat. Perubahan-perubahan pada sensasi tubuh ini diinterpretasikan secara salah sebagai tanda-tanda dari akan terjadinya serangan panik atau lebih buruk lagi sebagai tanda akan terjadinya bencana(“Ya Tuhan,saya mendapat serangan jantung!”). salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh lebih lanjut dapat memperkuat persepsi akan adanya ancaman,yang kemudian meningkatkan kecemasan, dan lebih lanjut lagi menyebabkan simtom-simtom tubuh yang terkait dengan kecemasan, dan seterusnya dalam suatu lingkaran setan yang dengan cepat akan membubung menjadi serangan panik yang sepenuhnya
f) Kecemasan dan Self-Efficacy yang rendah
Kehilangan kepercayaan dalam kemampuan sendiri untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Ide yang ingin diungkapkan dihambat oleh kecemasan,yang mengganggu kemampuannya untuk berpikir dan berbicara dengan jelas. Kecemasan ini dipertahankan dengan persepsi yang salah tentang dirinya sebagai tidak mampu untuk mengatakan hal yang benar bila diminta untuk berpendapat dalam kelas atau bila berjumpa dengan orang-orang baru
2) Faktor-faktor Biologis
Bukti-bukti makin bertambah mengenai pentingnya faktor-faktor biologis pada gangguan-gangguan kecemasan faktor-faktor seperti hereditas dan ketidakseimbangan biokimia di otak. faktor biologis diantaranya adalah:
3) Faktor-faktor genetis
Faktor-faktor genetis dampak mempunyai peran penting dalam perkembangan gangguan-gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesis-kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia. Peneliti juga mengaitkan suatu gen dengan neurotisisme, suatu trait kepribadian yang mungkin mendasari kemudahan untuk berkembangnya gangguan-gangguan kecemasan. Trait neurotitisme mempunyai ciri kecemasan, suatu perasaan bahwa suatu yang buruk akan terjadi,dan kecenderungan untuk menghindari stimulus pembangkit ketakutan. Para peneliti memperkirakan bahwa separuh variabilitas dari masyarakat dalam populasi umum yang mempunyai trait mendasar ini berasal dari faktor-faktor ganetis, dan faktor lingkungan menjelaskan yang separuhnya lagi.
4) Neorotransmiter
Sejumlah neurotransmitter berpengaruh pada reaksi kecemasan,termasuk gamma aminobutyrc (GAMA). GAMA adalah neurotransmitter yang inhibitori, yang berarti meredakan aktivitas berlebih dari sistem saraf dan membantu untuk meredam respon-respon stres. bila aksi GABA tidak adekuat, neuro-neuro dapat berfungsi berlebihan,kemungkinan menyebabkan kejang-kejang. Dalam kasus-kasus yang kurang dramatis, aksi GABA yang kurang adekuat dapat meningkatkan kecemasan. ketidakteraturan dalam reseptor serotonin dan norepinephrine di otak juga memegang peran dalam gangguan-gangguan kecemasan.
e. Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Rasa Cemas.
1) Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal dapat mempengaruhi cara berpikir. Hal ini bisa saja disebabkan pengalaman dengan orang lain. Sehingga wajar bila kecemasan timbul jika merasa tidak aman terhadap lingkungan.
2) Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan dalam hubungan personal. Ini benar terutama jika menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu lama.
3) Sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Perubahan fisik berdampak pada perubahan perasaan dan dapat menimbulkan kecemasan.
4) Keturunan
Gangguan emosi ada yang ditemukan dalam keluarga- keluarga tertentu, tapi ini bukan merupakan penyebab penting dari kecemasan.



f. Faktor Predisposisi Kecemasan
faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi kecemasan dapat dibagi menjadi beberapa pandangan diantaranya :
1) Pandangan psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian-id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi dua tuntutan dari elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengikatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Pandangan interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.
3) Pandangan prilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Pakar prilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
4) Kajian keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan kecemasan dengan depresi.
5) Kajian biologis
Menunjukan bahwa otak mengandung rreseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki bab nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor.


g. Pengukuran tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan skala seperti Hamilton Anxiety Rscale, Anxiety scale dari Catex. Manifert anxiety scale (MASD) dari Tylor dan test anxiety quesstionare dari Jorason (Anwar, et.all,1980).
Untuk menentukan tingkat kecemasan dipakai skor HARS yang telah dianggap baku.
Bila diadakan skoring, maka skor 15 atau lebih menunjukkan adanya kecemasan penderita. Adapun gejala-gejala yang tercantum pada HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) adalah terdiri dari 14 item yaitu :
1) Perasaan cemas yang ditandai dengan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran, dan mudah tersinggung.
2) Ketegangan yang ditandai dengan merasa tegang, mudah menangis, lesu, gemetar, gelisah, tidak dapat beristirahat dengan nyenyak.
3) Ketakutan yang ditandai dengan takut pada gelap, ditinggal sendiri, orang asing, binatang besar, keramaian lalu lintas, dan kerumunan orang banyak.
4) Gangguan kecerdasan yang ditandai dengan daya ingat buruk.
5) Gangguan tidur ditandai dengan sukar untuk tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, bangun dengan lesu, mimpi buruk atau (menakutkan).
6) Perasaan depresi yang ditandai dengan kehilangan minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah sepanjang hari, sedih dan bangun dini hari.
7) Gejala sensorik yang ditandai dengan tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah dan perasaan ditusuk-tusuk.
8) Gejala somatik yang ditandai dengan nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemertak dan suara tidak stabil.
9) Gejala kardiovaskuler yang ditandai dengan takikardi, berdebar-debar, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, nyeri dada dan detak jantung hilang sekejap.
10) Gejala pernafasan yang ditandai dengan rasa tertekan pada dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas panjang.
11) Gejala gastrointestinal yang ditandai dengan sulit menelan, perut melilit, mual, muntah, enek, gangguan pencernaan, nyeri lambung sesudah dan sebelum, makan, defekasi lembek, berat badan menurun, rasa panas di perut, konstipasi dan perut tersa penuh atau kembung.
12) Gejala urogenital yang ditandai dengan sering kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorhoe, menorhagia, ereksi dan impoten.
13) Gejala vegetatif yang ditandai dengan mulut kering, muka pucat, mudah berkeringat, pusing atau sakit kepala, dan bulu roma berdiri.
14) Perilaku sewaktu wawancara yang ditandai dengan gelisah, muka tegang, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, tonus mata meningkat, dan nafas pendek dan cepat.
Kemudian dilakukan suatu penilaian dari setiap jawaban, masing-masing jawaban mengandung nilai sebagai berikut :
1) Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali.
2) Skor 1 : 1 dari gejala yang ada.
3) Skor 2 : separuh dari gejala yang ada.
4) Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada.
5) Skor 4 : semua gejala yang ada.
Data yang diperoleh kemudian dinilai berdasarkan derajat kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) sebagai berikut :
< 14 = tidak ada kecemasan.
14 - 20 = kecemasan ringan.
21 - 27 = kecemasan sedang.
28 - 41 = kecemasan berat.
42 - 56 = panik.

Rabu, 26 Mei 2010

Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Melahirkan seorang bayi merupakan suatu anugerah bagi sebuah keluarga. Karena itu menunjukkan bahwa mereka dapat mendapatkan keturunan yang sangat diharapkan dalam sebuah keluarga dan yang mereka harapkan adalah melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor melahirkan bayi yang sehat adalah dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh pada ibu hamil untuk menjaga kehamilannya tersebut. Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin berjalan pesat dan tidak mengalami hambatan, dimulai dari sel telur yang dibuahi hingga menjadi janin didalam rahim. Karena tidak semua ibu hamil memperhatikan kebutuhan gizi yang diperlukan saat hamil karena kurangnya pengetahuan mereka tentang hal tersebut. Sehingga menyebabkan banyaknya angka kematian ibu hamil pada saat persalinan.
Dimulai dari konsepsi hingga melahirkan, ibu dan anak merupakan satu kesatuan yang erat dan tak terpisahkan. Kesehatan ibu, fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungannya. Agar bayi yang sehat dapat dilahirkan dalam dengan selamat, satu-satunya jalan yang dapat ditempuh hanyalah melalui pemeliharaan kesehatan ibu. Pengalaman dari beberapa generasi menunjukkan bahwa kerawanan dan ketergantungan janin pada ibu mengarah pada adanya kebutuhan dan perawatan khusus selama kehamilan.
Sejalan dengan kemajuan zaman, hasil kehamilan yang diharapkan tidak hanya bayi yang sekedar hidup, tetapi juga bayi yang sehat. Hal ini merupakan bukti peninggalan tanggung jawab sosial dan moral masyarakat. Bahwa gizi yang baik sangat berperan dalam proses yang efisien. Yang dapat dibuktikan dari hasil pengamatan waktu musibah, dalam keadaan demikian tidak datangnya haid pada wanita usia subur tidak jarang dijumpai. Dampak lain yang juga dapat di catat adalah meningkatnya angka lahir mati, angka kematian lahir dini, serta menurunnya berat lahir rata-rata (Aebi, H & R. G. Whitehead, 1980).
Kematian yang terjadi pada tahun pertama setelah kelahiran hidup disebut kematian bayi. Kematian bayi dan anak sampai umur lima tahun relatif sangat tinggi. Hal ini erat hubunganya dengan kemampuan orang tua dalam memberikan pemeliharaan dan perawatan pada anak-anaknya. Karena faktor sosial ekonomi berkaitan dengan kemampuan tersebut, maka kematian bayi dan anak sering kali digunakan sebagai indikator taraf kesehatan dan taraf sosio ekonomi penduduk (United Nation, 1973). Pengetahuan mereka mengenai makanan yang bergizi hanya berpatokan pada karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin saja. Sedangkan seperti zat besi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh pada saat persalinan jarang mereka perhatikan. Sehingga berdampak pada banyaknya kurang darah pada saat hamil dan berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkannya.
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi turun, sakit kepala, mudah terserang penyakit, mata berkunang-kunang. Selain itu wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku penderita sangat pucat (Soetjiningsih, 1997). Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak nafas bahkan lemah jantung.
Selain kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan gizi kurang yang menyebabkan ibu hamil menderita anemia, juga disebabkan oleh status sosial ekonomi keluarga yang minim. Dimana seorang ibu hamil sangat membutuhkan suatu asupan gizi yang sangat banyak. Tetapi dengan keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan, maka ibu tersebut kurang mendapatkan gizi yang seharusnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan janin, atau bisa juga mengakibatkan kematian pada ibu tersebut pada saat persalinan. Setyowati (2003) menyatakan bahwa berbagai gangguan akan dialami wanita hamil dan janinnya, jika Si ibu menderita anemia. Pengaruh kurang baik ini berlangsung selama kehamilan, saat persalinan atau selama memasuki masa nifas dan masa laktasi serta waktu selanjutnya.
Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebab kematian ibu hamil di karenakan adanya pendarahan pada saat persalinan. Ariawan (2001) menuturkan bahwa anemia gizi pada kehamilan adalah kondisi ketika kadar hemoglobin lebih rendah dari pada normal karena kekurangan satu atau lebih nutrisi esensial.
Perbaikan gizi dan kesehatan pada ibu-ibu penderita sudah banyak dilakukan di Negara maju. Hal ini dapat terlihat dalam bertambahnya tinggi badan (TB) dan berat badan (BB) ibu hamil. Dibandingkan dengan di Negara berkembang, yang mana perbaikan gizi dan kesehatan yang dilakukan masih minim sekali, keadaan tersebut dapat mempengaruhi berat lahir yang berbeda secara bermakna.

PENILAIAN ,PREVALENSI DAN AKIBAT ANEMIA DIFISIENSI ZAT BESI

Anemia dapat didiagnosis dengan pasti kalau kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal , berdasarkan kelompok umur/jenis kelamin.Jika anemia disebabkan oleh defisiensi zat bezi , kadar hemoglobin dapat ditingkatkan dengan cara meninggikan masukan zat bezi yang midah diserap. bagaimanapun juga , banyak orang yang tampaknya mempunyai hemoglobin normal juga menunjukkan respons terhadap pemberian zat bezi, disertai dengan peningkatan kadar hemoglobin ; hal yang menggambarkan bahwa sebenarnya mereka menderita defisiensi zat bezi. Karena itu penilaian frekuensi anemia defisiensi zat bezi pada suatu masyarakat dengan cara mengukur kadar hemoglobin, cenderung mengurangi prevalensi sebenarnya.
Distribusi nilai normal hemoglobin diseluruh dunia secara umum hampir sama, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, kehamilan dan ketinggian dari permukaan laut.,
Ber54dasarkan informasi dari berbagai sumber, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan , serta batas anjuran yang direkomendasikan oleh WHO Scientifiec group, diperkirakan 30% dari 5 milyar penduduk dunua menderita anemia.
Anak-anak dan wanita hamil paling banyak terkena, dengan perkiraan prevalensi global masing- masing 43% dan 51%.prevalensi anemia diantara anak usia sekolah adalah 37%, wanita tidak hamil 35% dan laki- laki dewasa 18%.Sedikit sekali data anemia pada remaja dan orang tua, sehingga tidak mungkin dilakukan perkiraan ytang tepat untuk kedua golongan ini.Namun, angka prevalensi remaja hampir sama dengan wanita dewasa dan angka prevalensi orang tua sedikit lebih tinggi dari lelaki dewasa.
Anemia divisiensi zat bezi jauh lebih lajim terjadi di negara yang sedang berkembang dari pada negara industri.prevalensi yang paling tinggi tedapat di afrika dan asia selatan. Kecuali laki- laki dewasa , perkiraan prevalensi pada semua kelompok di kedua tempat itu lebih dari 40%, dan sampai 65% pada wanita hamil di asia selatan .prevalensi di amerika latin lebih rendah berkisar dari 13% pada laki- laki dewasa hingga 30% pada wanita hamil . di asia timur, prevalensi berkisar dari kira- kira 11% pada laki- laki dewasa sampai 22% pada anak usia sekolah.
Anemia bisa disebabkan bukan hanya oleh defisiensi zat besi (atau lebih jarang lagi, zat- zat gizi lain) tetapi juga oleh kondisi-kondisi lain . penyakit malaria , cacing tambang dan infeksi- infeksi lain berperan penting di daerah – daerah yang beriklim tropis.
Penyakit – penyakit hemolitik kongenital seperti anemia sl sabit dan talasemia juga dijumpai pada masyarakat tertentu, terutama di afrika, asia dan beberapa pulau di pasific, meskipun tidak dijadikan sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama.di beberapa negara asia seperti birma , republik demokrat rakyat laos, Thailand dan republik Vietnam, tingginya prevalensi talasemia sebaiknya di perhitungkan dalam mempertimbangkan program pemberian suplemen zat besi.
Jika semua faktor ini dimasukkan dalam pertimbangan, diperkirakan 700-800 juta penduduk dunia menderita anemia defisiensi zat besi. Bagaimanapun juga, ini hanyalah perkiraan yang sangat konserfativ , gambaran sebenarnya mungkin lebih tinggi lagi. Demikian pula, karwena anemia defesiansi zat besi merupakan stadium akhir dari suatu proses deteriorasi pada tingkat hemoglobin yang relatif jarang , lebih banyak lagi orang- orang menderita defisiensi zat besi dengan akibat- akibat yang merugikan kesehatan dan kemampuan fisik dari pada anemia itu sendiri. Banyak sekali akibat- akibat defisiensi zat besi. Akibat defisiensi itu adalah:
Bayi dan anak( 6-9):
Gangguan perkembangan motorik dan kordinasi
Gangguan perkembangan bahasa dan kemajuan belajar
Pengaruh pada psikologis dan perilaku
Penurunanaktifitas fisik
Orang dewasa pria dan wanita(10,11):
Penurunan kerja fisik dan daya pendapatan
Penurunan daya tahan terhadap keletihan
Wanita hamil(12-15)
Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu
Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin
Peningkatan resiko berat badan lahir rendah

Kuncinya adalah , bahwa hemoglobin mempunyai peran mengangkut oksigen kejaringan, sehingga kemampuan bekerja dan prestasi fisik orang- orang yang kadar hemoglobinnya menurun akan berkurang. Dasar biokimiawi gangguan perkembangan dan perubahan perilaku masih belum jelas, tapi mungkin berhubungan dengan perubahan- perubahan fungsional tertentu di tingkat sel; misalnya perubahan enzim- enzim tertentu yang mengandung zat besi.