REMAJA yang merupakan generasi penerus perjuangan
bangsa menghadapi berbagai permasalahan dari dalam dirinya maupun lingkungan.
Masalah remaja pada hakekatnya bersumber pada perubahan organobiologik akibat
pematangan organ-organ reproduksi yang seringkali tidak diketahui oleh remaja
sendiri. Untuk itu perlu ditangani secara lebih serius. Salah satu permasalahan
yang perlu penanganan secara khusus adalah kesehatan reproduksi remaja.
Terlalu cepat atau terlambat perkembangan seks pada
remaja akan menjadi masalah bagi remaja. Demikian juga masalah akan timbul
karena informasi-informasi yang salah tentang seks yang diberikan oleh
lingkungannya.
Sesuai dengan taraf perkembangan emosinya yang masih labil, hasrat untuk
bereksperimen yang besar juga bisa menjadi permasalahan bagi remaja antara lain
perbuatan seks di luar nikah, perkosaan, masturbasi, homoseks, lesbian dan
berbagai kelainan seksual.
Penyebab perbuatan seks di luar nikah adalah karena
faktor dari dalam diri individu sendiri yaitu hal-hal yang berpengaruh dalam
perkembangan remaja misalnya kurang memiliki informasi tentang seks yang benar,
rasa solidaritas dengan teman sebaya dan faktor dari luar dirinya seperti
kesempatan-kesempatan yang tersedia dari lingkungan antara lain fasilitas,
kendaraan, uang, akomodasi, buku bacaan porno, film porno, keadaan rumah yang
sepi, norma-norma yang berlaku di masyarakat, keadaan sosial ekonomi dan
lain-lain.
Selain itu persepsi remaja yang mulai bergeser
terhadap kehamilan remaja menjadi masalah tersendiri bagi kehidupan remaja masa
kini. Hal tersebut dikarenakan remaja yang sudah tidak lagi takut untuk
melakukan hubungan seksual karena mereka sudah mengetahui cara menghindari
kehamilan, walau banyak yang akhirnya dari mereka mengalami kehamilan karena
seks bebas yang mereka lakukan. Selain itu persepsi mereka yang mengira bahwa kehamilan
bisa diselesaikan dengan melakukan pengguguran merupakan hal yang sangat
memprihatinkan.
KEHAMILAN
REMAJA
Seorang wanita secara biologik sudah memasuki usia
subur beberapa tahun sebelum mencapai usia subur atau beberapa tahun sebelum
mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan aman.
Kurun waktu yang paling aman adalah antara 20-30 tahun. Setelah itu resiko
terhadap ibu dan anak akan meningkat setiap tahun. Angka kematian anak dan ibu
remaja 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian anak dan ibu
yang berumur 20-30 tahun. Jelaslah bahwa kehamilan remaja merupakan kehamilan
resiko tinggi (high risk pregnancy).
Kehamilan mempunyai dampak negatif terhadap
kesejahteraan seorang remaja. Sebenarnya remaja belum siap mental untuk hamil,
namun karena keadaan ia terpaksa menerima kehamilan resiko tinggi, terhentinya
sekolah dan masa depan yang suram.
Apalagi bila kehamilan tersebut terjadi di luar nikah.
Ada kemungkinan ia akan diusir atau diungsikan oleh keluarganya, diberhentikan
dari pekerjaan dan selanjutnya menghadapi masa depan yang tidak menentu.
Secara biologik remaja sudah siap menjadi ibu. Namun
secara psikologik ia belum matang untuk bertugas mengasuh dan mendidik anak.
Kehamilan di luar nikah dapat berakhir dengan
perkawinan yang terpaksa, pengguguran kandungan atau pengungsian untuk
sementara. Apapun yang dipilih mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan
mental emosional remaja.
Kehamilan remaja juga memiliki dampak medik. Ada dua komplikasi utama yang dihadapi oleh seorang remaja yang hamil. Pertama adalah keracunan kehamilan yang ditandai dengan bengkak terutama di kaki dan tangan serta tekanan darah tinggi. Bila tidak mendapat pengobatan yang baik dan benar, maka keadaan ini dapat menimbulkan kejang-kejang yang pada gilirannya dapat membawa maut bagi ibu maupun bayinya. Yang kedua adalah ketidakseimbangan besarnya bayi dan ukuran panggul. Biasanya hal ini menyebabkan macetnya persalinan. Bila tidak diakhiri dengan operasi Caesar maka keadaan ini dapat menyebabkan kematian ibu maupun janinnya.
Kehamilan remaja juga memiliki dampak medik. Ada dua komplikasi utama yang dihadapi oleh seorang remaja yang hamil. Pertama adalah keracunan kehamilan yang ditandai dengan bengkak terutama di kaki dan tangan serta tekanan darah tinggi. Bila tidak mendapat pengobatan yang baik dan benar, maka keadaan ini dapat menimbulkan kejang-kejang yang pada gilirannya dapat membawa maut bagi ibu maupun bayinya. Yang kedua adalah ketidakseimbangan besarnya bayi dan ukuran panggul. Biasanya hal ini menyebabkan macetnya persalinan. Bila tidak diakhiri dengan operasi Caesar maka keadaan ini dapat menyebabkan kematian ibu maupun janinnya.
KEBIJAKAN
PEMBINAAN
Pembinaan kesehatan reproduksi remaja diarahkan untuk
meningkatkan kesehatan reproduksi remaja sebagai bagian dari peningkatan status
kesehatannya dan pengembangan peran serta remaja secara aktif dalam kesehatan
keluarga dengan dukungan stakeholder terkait.
Peningkatan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan
melalui jaringan pelayanan upaya kesehatan dasar dan rujukan yang telah ada
sedangkan dalam rangka menanggulangi terjadinya tingkah laku remaja yang
menyimpang diperlukan pendekatan komprehensif dan terintegrasi. Juga yang tidak
kalah pentingnya adalah peran serta dari remaja sendiri. Hal ini mengingat
bahwa remaja bukanlah suatu objek yang pasif melainkan subjek yang aktif yang
memiliki ciri-ciri antara lain kemurnian idealisme, keberanian dan keterbukaan
dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan baru, semangat pengabdian, spontanitas
dan dinamik serta keinginan untuk mewujudkan gagasan baru.
Secara simbolik remaja harus memiliki jiwa perahu
tradisional Pinisi yang mampu menghadapi segala rintangan dan halangan cuaca,
gelombang, samudra dan badai yang ganas membentang dari Indonesia sampai
Vancouver, Kanada. Pinisi dapat pula diartikan (PIN=Pribadi yang mantap I= Ilmu
yang tinggi, S=Tubuh yang sehat, I-Iman yang kuat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar